
Harga Emas Dunia Bersinar, Saham Tambangnya di RI Melonjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan dan perdagangan emas di Indonesia secara kompak menghijau pada perdagangan sesi I Rabu (12/7/2023), di tengah positifnya harga emas dunia.
Per pukul 09:33 WIB, setidaknya ketujuh saham emas di RI terpantau menguat, di mana lima saham sudah melesat lebih dari 1%, sedangkan dua saham menguat kurang dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 54 | 3,85% |
Archi Indonesia | ARCI | 356 | 2,30% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 161 | 1,90% |
Hartadinata Abadi | HRTA | 464 | 1,75% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 86 | 1,18% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 3.370 | 0,60% |
Aneka Tambang | ANTM | 2.010 | 0,50% |
Sumber: RTI
Saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) memimpin penguatan saham emas di RI pada pagi hari ini, yakni melonjak 3,85% ke posisi Rp 54/saham.
Sedangkan untuk saham raksasa pertambangan emas RI yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga menguat masing-masing 0,6% dan 0,5%.
Menguatnya saham emas RI sejalan dengan pergerakan harga emas dunia yang masih bersinar. Pada perdagangan Selasa kemarin, harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,36% di posisi US$ 1.931,99 per troy ons.
Penguatan kemarin memperpanjang tren positif emas yang menguat sejak Jumat pekan lalu. Dalam tiga hari perdagangan, harga emas sudah melambung 1,15%.
Harga emas masih menguat pada pagi hari ini. Per pukul 06:05 WIB, harga emas di pasar spot ada di posisi US$ 1.932,79. Harganya menguat tipis 0,04%.
Emas terus bersinar karena pelaku pasar berekspektasi jika inflasi Amerika Serikat (AS) akan turun signifikan pada Juni 2023. Konsensus pasar memperkirakan inflasi akan melandai ke 3,1% (year-on-year/yoy) pada Juni dari 4% (yoy) pada Mei.
AS akan mengumumkan data inflasi untuk Juni pada Rabu hari ini atau Rabu malam waktu Indonesia.
Dengan inflasi yang melandai maka bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya.
Namun, pasar masih mengharapkan kenaikan sebesar 25 basis poin pada pertemuan edisi Juli. Berdasarkan alat CME FedWatch, 93% pasar memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp pada bulan ini.
Harga emas juga terbantu dengan pernyataan Presiden The Fed Atalanta, Raphael Bostic yang mengatakan The Fed akan lebih bersabar.
Bila inflasi melandai maka ada harapan jika The Fed juga tidak segalak sebelumnya.
Kondisi ini akan membuat dolar AS melemah dan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS melandai. Kedua faktor akan menguntungkan emas.
Dolar AS yang melemah membuat emas lebih murah sehingga semakin mudah untuk dibeli.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga emas menjadi lebih menarik jika saingannya yakni surat utang AS terus melandai imbal hasilnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat