Economic Update 2023

Harga Batu Bara Ambles, Bos Bayan Bilang Begini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
11 July 2023 20:15
Direktur Bayan Resouces Alexander Ery Wibowo dalam Economic Update di Program Closing Bell yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)
Foto: Direktur Bayan Resouces Alexander Ery Wibowo dalam Economic Update di Program Closing Bell yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menyatakan penurunan harga komoditas batu bara yang saat ini terjadi masih tergolong wajar. Pasalnya, stok batu bara di pelabuhan negara-negara Asia masih cukup tinggi.

Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengakui pasar terbesar batu bara masih dari Asia, utamanya China dan India. Dengan demikian, kedua negara ini merupakan pembentuk harga di pasar Asia.

"Saya pikir penurunan harga ini sifatnya masih tergolong wajar karena siklus masih didorong permintaan dari negara-negara Asia, sehingga masih tergolong wajar apalagi banyak negara di Asia mengalami stok di beberapa pelabuhan masih meningkat," tuturnya dalam Economic Update 2023 CNBC Indonesia, Selasa (11/07/2023).

"Betul memang market terbesar batu bara ini masih negara di Asia, utamanya China dan India pembentuk harga di pasar Asia, sepertinya bahwa sifatnya ini mungkin menurut kami sementara," imbuhnya.

Dia menjelaskan, saat ini terdapat beberapa permintaan terhadap batu bara dengan kalori medium dan kalori rendah. Adapun untuk kategori medium, sejatinya masih banyak permintaan dari negara seperti China dan India.

"Sedangkan kategori kalori rendah sepertinya sampai September ini masih dalam level saat ini, namun prediksinya setelah September akan ada permintaan karena menghadapi permintaan musim dingin," kata dia.

Meski demikian, ia tetap optimistis harga batu bara masih akan tetap berada di atas US$ 100 per ton. Terutama, setelah pesta panjang harga batu bara yang sempat menembus level US$ 400 per ton pada tahun lalu.

"Saya pikir kecil sekali kemungkinan batu bara Newcastle di bawah US$ 100 per ton karena salah satu faktor utama adalah cost yang terjadi sewaktu di masa durian runtuh," ujarnya.

Menurut dia, dengan harga batu bara yang sudah terlanjur tinggi, apabila harga batu bara menyentuh di bawah US$ 100 per ton, otomatis akan banyak perusahaan yang menghentikan produksi.

"Kalau berhenti produksi supply pun akan berkurang lagi, jadi terjadi koreksi lagi. Batu bara kan supply demand simpel jadi saya pikir kalau di bawah US$ 100 per ton cukup kecil sekali. Karena cost sudah terlanjur tinggi," tambahnya.

Seperti diketahui, berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 137,05 per ton pada Senin (11/7/2023). Harganya ambles 3,4%. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 21 Juni 2023.

Bila diukur sejak awal tahun, harga batu bara sudah terjun bebas hingga minus 64,8%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Low Tuck Kwong Kaya Raya, Ternyata 'Dibantu' Ratu Belanda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular