Low Tuck Kwong Getol Koleksi BYAN, Sahamnya Ngacir 8% Lebih
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terpantau melonjak pada perdagangan Selasa (11/7/2023), di mana sudah lima hari beruntun saham BYAN menguat.
Hingga akhir perdagangan hari ini, saham BYAN melonjak 8,26% menjadi Rp 17.700/unit. Saham BYAN pun menjadi saham penopang terbesar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, yakni sebesar 23,1 indeks poin.
Saham BYAN hingga akhir perdagangan hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 1.133 kali dengan volume sebesar 423.600 lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 7,25 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 590 triliun, menjadi saham dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Diketahui, saham BYAN sudah menguat dalam lima hari beruntun. Selama lima hari terakhir, saham BYAN sudah melesat 14,19%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, BYAN melonjak 30,39%. Namun sepanjang tahun ini, BYAN masih terkoreksi 15,71%.
BYAN kembali melaporkan perubahan kepemilikan sahamnya. Masih sama seperti sebelum-sebelumnya, kali ini, perubahan tersebut disebabkan oleh pembelian yang dilakukan oleh direktur utama perusahaan, yakni Low Tuck Kwong. Ia dikabarkan memborong 214.500 lembar saham BYAN pada 7 Juli 2023 lalu.
Berdasarkan keterbukaan informasi, diketahui bahwa sebelum melakukan pembelian, Low Tuck Kwong bertanggung jawab atas 20.329.002.070 lembar saham atau setara dengan 60,99% total kepemilikan saham.
Setelah transaksi dilangsungkan, salah satu orang terkaya di Indonesia itu mempunyai 20.329.216.570 lembar saham dengan persentase kepemilikan saham yang sama.
Di lain sisi, melesatnya harga saham BYAN terjadi meski harga batu bara masih membentuk tren bearish hingga perdagangan kemarin.
Menurut data Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup ambles 3,4% di posisi US$137,05/ton pada Senin kemarin. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 21 Juni 2023.
Pelemahan ini memperpanjang derita pasir hitam yang ambruk sejak Selasa pekan lalu. Dalam lima hari perdagangan tersebut, harga batu bara sudah ambruk 11,2%.
Pelemahan dalam lima hari beruntun tersebut adalah yang terburuk sejak pertengahan Mei tahun ini di mana harga batu bara anjlok dalam enam hari beruntun.
Ambruknya harga batu bara disebabkan oleh suramnya ekonomi China serta masih lemahnya permintaan serta harga komoditas energi lainnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)