
Drama 'Kawin Paksa' Bank Nobu dan Bank MNC, Begini Mulanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat pertama muncul kabar mengenai rencana merger PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) membuat geger pasar.
Pasalnya kedua pemilik bank, James Riady dan Hary Tanoesoedijo tidak memiliki banyak kongsi usaha sebelumnya.
Kabar mengenai 'kawin paksa' yang diinisiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kedua bank pun berhembus. Mereka disebut harus melebur karena tidak mampu memenuhi ketentuan modal inti Rp 3 triliun, seperti yang disyaratkan otoritas kepada bank umum.
Terbaru, merger dua bank milik konglomerat kelas kakap itu dikabarkan terancam batal. Satu sebabnya kedua bank sama-sama telah memenuhi ketentuan modal inti minimum. Selain itu, kedua pemilik disebut menemui jalan buntu saat berdiskusi siapa pengendali bank pasca-merger.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pun menampik kabar tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak ada pernyataan dari otoritas batalnya merger dua bank konglomerat tersebut.
"Kalau ada delay process secara teknis saya kira bisa saja terjadi," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).
Sebelumnya, pada Rapat Dewan Komioner OJK April 2023, Dian mengatakan bahwa proses konsolidasi Bank Nobu dan MNC harus terwujud. Ini merupakan wujud komitmen dari para pemegang saham kedua bank milik konglomerat itu.
"Merger Nobu dan MNC adalah wujud komitmen dari PS (pemegang saham) kedua bank tersebut secara B2B (business to Business) dalam rangka mendukung konsolidasi dan penguatan industri perbankan sehingga merger tersebut mesti terwujud dengan baik sesuai rencana (point of no return)," ujar Dian menjawab pertanyaan RDKB OJK April 2023, Kamis (8/6/2023).
Ia mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan closed-monitoring terhadap to do list sesuai timeline merger serta langkah-langkah pengawasan yang perlu diperlukan.
Lantas, bagaimana awal mula Bank Nobu dan MNC Bank kurang modal hingga harus 'kawin paksa'?
Sinyal Merger Kedua Bank Muncul
Per Desember 2022, kedua bank melaporkan modal inti sebesar Rp 2,49 triliun (MNC) dan Rp 1,71 triliun (Nobu). Kemudian, pada awal 2023, OJK mengumumkan 26 bank telah memenuhi modal inti, dan ada dua yang belum dan akan merger.
Kabar pun berhembus bahwa Bank Nobu dan MNC Bank yang akan melakukan proses konsolidasi. Dian kemudian mengonfirmasi mengenai rencana merger kedua bank konglomerat itu.
"Bahkan mereka sudah membentuk tim merger, konsultan keuangan dan konsultan hukum juga demikian. Sepertinya target bulan Agustus akan tercapai," katanya dalam Rapat Dewan Komisioner OJK April 2023.
Ternyata, dalam laporan keuangan tahunan 2022 Bank Nobu, manajemen seakan mengisyarakatkan berlangsungnya proses merger ini. Di situ dijelaskan bahwa aksi korporasi ini dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan selaras dengan POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum. Selain itu juga akan digunakan sebagai modal kerja dalam bentuk penyaluran kredit kepada nasabah dan pengembangan layanan digital bank.
"Sejalan dengan upaya Bank untuk terus tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang, Bank dalam tahapan awal juga tidak menutup peluang untuk melakukan aksi korporasi lainnya untuk melengkapi Right Issue yaitu dengan bersinergi dan/atau penggabungan dengan mitra Bank guna membangun satu entitas bank yang tangguh dan memiliki struktur permodalan yang makin kuat serta mampu meningkatkan keunggulan kompetitif bank," kata manajemen NOBU dalam laporan keuangan tahunan 2022.
Modal Inti Minimum MNC Bank dan Nobu Terpenuhi
Pada April 2023, Bank MNC mengumumkan modal inti telah mencapai Rp 3,3 triliun. Perusahaan menerima tambahan modal berupa tanah dan bangunan (inbreng) sebesar Rp 801 miliar.
Direksi BABP menyatakan melalui keterbukaan informasi, bahwa pelaksanaan inbreng tersebut dimaksudkan untuk memperkuat struktur permodalan. Adapun pemasukan inbreng itu berupa tanah dari emiten grup MNC PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) dan bangunan dari emiten grup yang sama PT MNC Land Tbk. (KPIG).
Sementara itu, Bank Nobu telah merilis laporan publikasi keuangan kuartal I-2023. Modal inti bank milik grup Lippo ini tercatat Rp 3 triliun.
Meskipun begitu, Dian menyatakan bahwa rencana merger kedua bank tersebut bukan lagi terkait pemenuhan modal inti. Melainkan untuk memperkuat usaha bank.
"Merger ini merupakan kesepakatan mereka berdua untuk melakukan sinerji ekpansi bisnis bank," ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (13/4/2023).
Respons MNC Bank dan Bank Nobu Soal Merger
CNBC Indonesia sudah beberapa kali meminta keterangan terkait proses konsolidasi ini. Namun, kedua bank tersebut tidak memberikan tanggapan.
Saat ditemui usai RUPST dan RUPSLB, Presiden Direktur MNC Bank Rita Montagna mengatakan bahwa RUPST kali ini hanya berkaitan dengan laporan kinerja bank tahun 2022.
"Kan ini mengenai, RUPS-nya yang sampai 31 Desember [2022]," ujarnya selepas di Gedung iNews, Kamis (15/6/2023).
Ketika ditanya soal pembahasan merger, Rita menjawab tidak ada pembahasan soal 'kawin paksa' itu.
"Engga ada, ini kan RUPS mengenai kinerja hingga 31 Desember 2022," katanya.
Adapun, Bank Nobu dan MNC Bank kompak mengadakan melaksanakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan sekaligus rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Kamis (15/6/2023) lalu.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Merger, Bank MNC dan Nobu RUPSLB Bulan Depan