Sektor Bisnis Bank di RI Terancam, Ini Datanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Satu lini bisnis bank terancam oleh kehadiran salah finansial berbasis teknologi, yakni buy now pay later (BNPL).
PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat nilai transaksi BNPL per April 2023 senilai Rp 26,14 triliun, naik 61,3% secara tahunan (yoy).
Selain itu, total akun fasilitas yang dibukukan atau jumlah kontrak pay later mencapai 34,6 juta. Pada periode yang sama jumlah kartu kredit yang diterbitkan bank hanya 17,42 juta keping dengan volume transaksi 30,47 juta kali.
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan jumlah kontrak pay later hampir 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kartu kredit.
Sebagai informasi, total akun fasilitas yang dibukukan adalah jumlah transaksi yang dilakukan satu akun dalam satu periode, dalam hal ini satu bulan.
Yohanes menambahkan sebaran kredit pay later masih didominasi Jawa Barat (25,02%), DKI Jakarta (14,9%), dan Jawa Timur (10,6%). "Bank Digital dan Fintech masih memiliki kontribusi tertinggi sebaran portofolio kredit di BNPL," kata Yohannes, Kamis (6/7/2023).
Berdasarkan usia, pengguna pay later didominasi oleh umur 20-30 tahun (50,11%). Kemudian diikuti oleh usia 30-40 tahun (28,2%), 40-50 tahun (11,70%), kurang dari sama dengan 20 tahun (6,86%), 50-55 tahun (1,92%), dan lebih dari sama dengan 55 tahun (1,54%).
"Jadi memang BNPL tren di kalangan milenial yang rata-rata mungkin belum memiliki akses ke lembaga keuangan dibandingkan dengan kalangan yang sudah memiliki kartu kredit," katanya.
Adapun nilai transaksi pay later per April 2023 telah mencapai 85,2% dari total transaksi kartu kredit pada periode yang sama atau Rp 30,8 triliun. Akan tetapi pertumbuhan nilai traksaksi kartu kredit hanya 20,25% yoy, kalah jauh dibandingkan dengan pay later.
Baca: Warga RI Makin Gemar Pinjam Uang Pinjol, Ternyata Buat Ini
Dengan demikian bila tren ini terus berlanjut, tidak sampai akhir tahun 2023, nilai transaksi pay later akan sudah lebih tinggi dibandingkan dengan kartu kredit.
Yohanes mengatakan pay later menjadi pilihan generasi muda karena memiliki syarat yang lebih mudah dibandingkan dengan pengajuan kartu kredit. Sebagaimana diketahui, bank menyaratkan sejumlah ketentuan yang cukup kaku untuk menerbitkan kartu kredit.
Dia mengatakan platform pay later memanfaatkan hal tersebut. "Masih baru selsai kuliah, baru masuk dunia kerja. Untuk dapat kartu kredit masih ditolak karena belum ada rekam jejak kredit sebelumnya atau bisa juga blm cukup penghasilannya.
(mkh/mkh)