Tahun Emiten Otomotif, 10 Saham Ini Masih Murah Nih
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor menyaksikan parade kenaikan saham-saham otomotif dan komponen utama selama paruh pertama 2023. Apakah masih ada saham yang murah?
Saham emiten Grup Salim PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) meroket 147,13% selama 2023. Bahkan, IMAS sempat naik selama 25 hari beruntun pada akhir Maret hingga tengah Mei lalu.
Waktu itu, katalis positif yang mendorong kenaikan IMAS adalah soal perusahaan yang secara resmi mengakuisisi kepemilikan Mercedez Benz Indonesia bersama Inchcape Motors Private Limited.
Aksi akuisisi ini diharapkan memberikan pendapatan yang lebih optimal pada IMAS dan memperkuat posisi Mercedez Benz di Indonesia.
Soal kinerja keuangan, pada kuartal I-2023, IMAS membukukan laba bersih Rp241 miliar, meningkat 95% dibandingkan dibandingkan kuartal 1-2022 sebesar Rp124 miliar.
Sementara pendapatan sebesar Rp7,22 triliun, naik 13,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,34 triliun.
Kemudian, saham emiten milik keluarga taipan TP Rachmat PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang melambung 147,86%.
Saham emiten komponen otomotif tersebut membentuk uptrend yang baik sejak akhir Februari lalu hingga saat ini
Kinerja teranyar, DRMA membukukan kenaikan laba bersih 86,4% menjadi Rp216,05 miliar pada kuartal I 2023. Ini seiring pendapatan melonjak 57,4% menjadi Rp1,4 triliun selama 3 bulan pertama tahun ini.
DRMA juga telah membagikan pembagian dividen tunai tahun buku 2022 sebesar Rp20,94 per saham pada 10 Mei lalu.
Pembagian dividen ini sebesar Rp 98,54 miliar atau 25% dari laba bersih tahun buku 2022. Untuk diketahui, DRMA mencatatkan laba bersih tahun buku 2022 sebesar Rp396,87 miliar, meningkat 87% dibandingkan laba neto tahun 2021 yang sebesar Rp 212,69 miliar.
Selain IMAS dan DRMA, saham emiten produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga mencetak bagger dengan naik setinggi 108,93% secara YtD.
Saham GJTL menjadi hot stock dalam 3 hari terakhir lantaran secara akumulatif kenaikannya mencapai 44,44%.
Sebelumnya, Gajah Tunggal menorehkan laporan keuangan pada kuartal I-2023 yang positif. Laba bersih GJTL meningkat 271,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 265,69 miliar.
Meningkatnya laba GJTL terjadi seiring pendapatan bersih perusahaan yang tumbuh 5,22% (yoy) menjadi Rp 4,44 triliun selama 3 bulan pertama 2023, di tengah beban pokok penjualan yang dapat ditekan hingga minus 0,53% (yoy) menjadi Rp 3,56 triliun.
GJTL merupakan saham yang dimiliki oleh investor kawakan Lo Kheng Hong (LKH). Per 31 Mei lalu, Lo Kheng Hong memiliki saham GJTL sebanyak 180.001.000 lembar atau sekitar 5,1%.
Tidak ketinggalan, duo Astra PT Astra International Tbk (ASII) dan anak usahanya di bidang sparepart kendaraan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) menikmati kenaikan yang signifikan selama 2023 seiring kinerja keuangan yang moncer.
Saham ASII terangkat 18,86% dan AUTO 88,36% secara YtD.
ASII mencatat kenaikan laba bersih secara group sebesar 27% menjadi Rp 8,7 triliun pada kuartal I tahun 2023. Sementara, laba bersih per saham sebesar Rp 212, meningkat 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina).
Laba bersih Grup, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp8,6 triliun, 25% lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022.
Capaian tersebut didorong dari pendapatan bersih konsolidasian Grup pada kuartal pertama tahun 2023 adalah sebesar Rp 83,0 triliun, atau meningkat 15% dibandingkan dengan kuartal pertama pada tahun 2022.
Adapun, AUTO mencatatkan peningkatan laba hampir 100% secara tahunan di kuartal I-2022. AUTO membukukan laba sebesar Rp432,93 miliar per 31 Maret 2023.
Jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk milik anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII) ini naik 92,13% dari Rp225,33 miliar di kuartal I-2022.
Seiring pertumbuhan laba tersebut, AUTO membukukan pendapatan bersih sekitar Rp4,79 triliun, atau naik 8,58% secara tahunan. Diketahui, per 31 Maret 2022, AUTO mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp4,58 triliun.
Valuasi Menarik
Kabar baik untuk para investor yang bullish dengan saham-saham otomotif dan komponen, saham-saham yang disebut di atas rata-rata memiliki valuasi yang murah (undervalued).
Menggunakan metrik populer price-to earnings ratio (PER), kenaikan bagger GJTL bahkan masih membuat saham tersebut dihargai 3,84 kali laba perusahaan. Artinya, masih di bawah rule of thumb PER 10-15 kali.
Praktis, GJTL menjadi saham termurah di kalangan peers.
AUTO dan DRMA yang melambung tinggi juga memiliki PER di bawah 10 kali, masing-masing 7,65 kali dan 7,9 kali.
Untuk emiten yang lebih kecil, valuasi INDS dan CARS juga masih atraktif, yakni 6,49 kali dan 7,84 kali.
ASII, yang merupakan raksasa di antara yang lainnya, juga memiliki PER yang murah, yakni 7,86 kali, seiring pertumbuhan laba yang positif.
Di antara yang lainnya, IMAS menjadi saham dengan valuasi yang sudah di atas 10 kali, tetapi dengan momentum yang solid, valuasi tersebut masih terbilang murah.
Valuasi yang murah memang menari, tetapi yang terpenting, investor perlu juga melihat metrik keuangan lainnya dan prospek bisnis otomotif ke depan agar tidak terjebak di saham yang murahan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(trp/trp)