Penting! Sederet Ucapan The Fed ini Membuat Emas Babak Belur

mae, CNBC Indonesia
Kamis, 06/07/2023 07:27 WIB
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali jeblok setelah keluarnya risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Pada perdagangan Rabu (5/7/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.917,32 per troy ons. Harganya turun 0,4%.

Pelemahan kemarin memutus tren positif emas yang menguat dalam empat hari beruntun sebelumnya. Harga emas pada penutupan perdagangan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 27 Juni 2023 atau sepekan lebih. Level harga US$ 1.917 juga menjadi yang terendah sejak akhir Maret tahun ini.

Harga emas jatuh sangat dalam dari kisaran US$ 1.950 pada pertengahan Juni menjadi US$ 1.917 kemarin. Pada kurun waktu tiga minggu tersebut, harga emas sudah jatuh 1,7%.


Harga emas masih melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (6/7/2023) pukul 06:50 WIB, harga emas di pasar spot ada di posisi US$ 1.916,53. Harganya melandai 0,04%.

Harga emas melandai setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) merilis risalah rapat FOMC bulan Juni pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Dalam risalah tersebut, mayoritas pejabat The Fed menginginkan kelanjutan kenaikan suku bunga karena inflasi belum mengarah ke kisaran target mereka yakni 2%. Namun, The Fed menginginkan kenaikan suku bunga dengan tingkatan yang lebih rendah.

Sebagai catatan, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bps menjadi 5-5,25% sejak Maret tahun lalu.

The Fed menjelaskan mereka memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5-5,25% pada Juni lalu untuk menilai dampak kenaikan selama ini. 
"Ekonomi menuju headwind karena kondisi kredit yang ketat, termasuk karena suku bunga yang lebih tinggi," tulis risalah tersebut.

Risalah tersebut juga menggambarkan jika ada perbedaan di antara anggota The Fed terkait kenaikan suku bunga.
Dua dari 18 partisipan menginginkan kenaikan sekali lagi tahun ini. Sebanyak 12 anggota menginginkan kenaikan dua kali lagi atau lebih.

Semua anggota sepakat jika mereka melihat inflasi masih jauh dari harapan The Fed yakni di kisaran 2%. Seperti diketahui, inflasi AS mencapai 4% (year on year/yoy) pada Mei 2023.

"Partisipan lebih condong kepada kenaikan 25 bps karena pasar tenaga kerja yang masih ketat dan aktivitas ekonomi yang masih kuat. Hanya ada sedikit tanda-tanda yang menandai inflasi bergerak sejalan dengan target Komite," tulis risalah tersebut.

Risalah The Fed langsung disambut negatif pelaku pasar emas. Pasalnya, masih adanya kenaikan membuat dolar AS bisa terus menguat sehingga emas semakin mahal dibeli dan kurang menarik.
"Risalah The Fed akan membuat harga emas melandai dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, emas mungkin akan dicari bagi mereka yang berburu harga rendah," tutur analis
ACY Securities, Clifford Bennett, dikutip dari Reuters.

Hareesh V., head of commodity research dari Geojit Financial Services memproyeksi risalah The Fed akan membuat harga emas bergerak di kisaran US$ 1.890-1.940 per troy ons.

Di tengah muramnya nasib emas ke depan ada satu faktor yang bisa menopang harga emas ke depan yakni panasnya hubungan China dan AS. Kedua negara tengah bersitegang terkait ekspor chip semi konduktor.
"Secara umum, ketegangan geopolitik akan menopang permintaan emas. Harga emas tidak akan turun ke bawah US$ 1.850 per troy ons pada tahun ini," tutur Edward Gardner, ekonom Capital Economics, dikutip dari Reuters.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcidonesia.com


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Gonjang-ganjing Trump Bikin Bisnis Tambang Emas Melejit