Sektor Transportasi-Logistik Hot, 15 Saham Ini Masih Murah

Tri Putra, CNBC Indonesia
05 July 2023 11:45
pembukaan bursa saham
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks sektor transportasi dan logistik (IDXTRANS) mengalami kenaikan signifikan sepanjang 2023, ditopang oleh melonjaknya saham-saham utama. Masihkah ada saham murah di sektor tersebut?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 4 Juli 2023, IDXTRANS naik signifikan sebesar 15,66% year to date (YtD), berada di peringkat kesatu di antara indeks sektoral lainnya.

IDXTRANS mengalahkan indeks sektor consumer non-cyclicals yang berada di posisi kedua dengan kenaikan 5,04% dan indeks sektor consumer cyclicals yang melesat 4,09% YtD.

Setidaknya ada 5 saham dengan market cap terbesar di IDXTRANS yang menopang kinerja indeks tersebut selama tahun ini.

Nama-nama yang dimaksud adalah emiten sewa kendaraan dan kurir PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) yang terbang 64,29% YtD ke Rp1.265/saham. ASSA memiliki market cap Rp4,51 triliun, terbesar keempat di IDXTRANS.

Kemudian, emiten taksi PT Blue Bird Tbk (BIRD) yang melambung 60,99%, dengan market cap terbesar ketiga (Rp5,68 triliun), emiten pelayaran peti kemas PT Temas Tbk (TMAS) yang melejit 52,08% YtD dengan market cap terbesar pertama Rp16,66 triliun.

Nama lainnya, PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) yang terkerek 15,86% YTD.

ASSA sebagai emiten penyewa kendaraan yang melakukan diversifikasi AnterAja juga memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Sewa kendaraan juga mengalami peningkatan seiring pandemi yang mereda dan pengumuman 'endemi'.

ASSA membukukan peningkatan laba bersih sebesar 159% secara qoq menjadi Rp38,5 miliar di kuartal I-2023.

Sementara, BIRD mencetak laba bersih Rp123,26 miliar, melonjak 161,5% yoy dibandingan periode yang sama 2022. Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang naiknya pendapatan yang mencapai Rp 1,04 triliun, tumbuh 55,19% yoy.

Pada tahun penuh 2022, BIRD mencatatkan laba bersih sebesar Rp364 miliar, meningkat lebih dari 40 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya di angka Rp9 miliar. Bahkan pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode pra-pandemi di tahun 2019, dimana Bluebird mencetak keuntungan sebesar Rp317 miliar.

Pada pendapatan bersih, BIRD membukukan sebesar Rp3,59 triliun atau tumbuh 62% dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya di angka Rp2,2 triliun. Perseroan juga membukukan peningkatan EBITDA yang signifikan hingga dua kali lipat menjadi Rp868 miliar dari Rp432 miliar dibandingkan tahun 2021.

BIRD pun akan membagikan dividen tunai 50,27% dari laba bersih tahun buku 2022 yang sebesar Rp 358,35 miliar. Dividen tersebut setara dengan Rp 180,15 miliar.

"Sebesar Rp180.151.200 atau 50,27% dari laba bersih tahun buku 2022, setara dengan Rp 72 per saham akan dibagikan dalam bentuk dividen tunai kepada seluruh pemegang saham," tulis manajemen BIRD dikutip Selasa (27/6/2023).

Di antara saham-saham tersebut, valuasi ASSA, berdasarkan metrik populer price-to earnings ratio (PER), sudah mahal, di atas rule of thumb 10-15 kali, yakni 21,67 kali.

Sementara, saham TMAS diperdagangkan dengan PER 16,27 kali.

Adapun, BIRD, yang sudah melejit hampir 70%, masih di kisaran rule of thumb 11,52 kali dan ELPI juga masih terbilang murah 10,86 kali.

Namun, apabila ingin mengombinasikan kinerja YtD ciamik dan PER murah, saham pelayaran PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) bisa menjadi pilihan. HAIS memiliki PER 3,36 kali dengan kinerja 18,35% YtD.

Namun, market cap HAIS terbilang mini, Rp698,58 miliar, yang bisa membuat volatilitas harga tinggi.

Saham JAYA dan NELI juga memilki PER murah, hanya 4,47 kali dan 4,51 kali. Padahal, kinerja sepanjang 2023 sudah tinggi, masing-masing 14,68% dan 30,97%.

Dua saham ini juga tergolong small cap. JAYA memiliki market cap cuma Rp98,66 miliar dan NELY Rp982,30 miliar.

Kemudian, apabila tidak begitu mempedulikan kinerja YtD, SMDR terbilang murah, dengan PER hanya 3,81 kali. Kinerja saham sendiri minus 1,04% YtD. Semenjak menembus Rp784/saham (sudah disesuaikan dengan aksi stock split), saham SMDR memang downtrend.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Blue Bird Naik 40 Kali Lipat, Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular