10 Saham Ini Jadi Biang Keladi IHSG Boncos Tahun Ini

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
05 July 2023 11:20
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, Januari hingga Juli 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sebesar 2,76% dengan investor non- resident alias asing membukukan net buy sebesar Rp 16,21 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, penopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulan Juni 2023 berasal dari sektor transportasi & logistik dan keuangan.

"Penguatan IHSG terbesar dicatatkan oleh saham di sektor transportasi & logistik dan keuangan," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (3/7).

Bisa dikatakan bahwa perdagangan pasar saham RI di semester I-2023 cukup menantang, karena masih dilanda ketidakpastian terkait kondisi global, meski situasi juga sudah cukup membaik seperti perubahan Covid-19 dari pandemi menjadi endemi.

Sepanjang semester I-2023, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kurang memuaskan, di mana IHSG ambles 2,09%. Hal ini karena IHSG tampak berada di dalam tren sideways. Pergerakannya terbatas di 6.500-6950 saja.

Di tengah kinerja IHSG yang kurang menggembirakan di semester I-2023, ada beberapa saham yang mencatatkan koreksi harga cukup besar hingga 80%. Mirisnya, saham-saham tersebut kebanyakan merupakan saham IPO periode akhir 2022 hingga awal 2023.

Berdasarkan riset CNBC Indonesia, berikut sepuluh saham yang terkoreksi paling parah sepanjang semester I-2023.

Diposisi pertama terdapat saham emiten konsumer produsen makanan ringan yakni PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS), yang ambruk 89,1% sepanjang semester I-2023. Pada perdagangan terakhir semester I-2023, saham ditutup ambles 4,82% ke posisi Rp 79/saham.

Berikutnya ada saham emiten properti yakni PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) yang anjlok 80,62% sepanjang semester I-2023. Saham BSBK pun menjadi saham 'tidur', alias saham yang mendekam di level Rp 50 per saham atau level gocap sejak awal Maret lalu.

Selanjutnya ada PT Isra Presisi Indonesia Tbk. (ISAP) yang amblas 79,17% sepanjang semester I yang parkir di level Rp 20 per saham. Lalu, ada PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) yang anjlok 76,87% ke level Rp 68 per saham.

Kemudian, PT Indo Pureco Pratama Tbk. (IPPE) yang anjlok 69,7% ke level Rp 50 per saham. Bahkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) ikut membebani IHSG yang sahamnya anjlok 69,05% sepanjang semester I ke level Rp 63 per saham.

Lalu, PT Sari Kreasi Boga Tbk. (RAFI) sahamnya anjlok 67,74% ke level Rp 50 per saham dan PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA) yang sahamnya anjlok 64,29% ke level Rp 50 per saham

Secara garis besar kondisi IHSG dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni ketidakpastian ekonomi global. Mulai dari kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang masih hawkish hingga kondisi ekonomi negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan Indonesia yang cenderung melemah seperti China.


(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular