
Harga Batu Bara Ambles 58%, Kok Sahamnya Malah Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten batu bara terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Senin (3/7/2023), di mana pada hari ini merupakan perdagangan perdana di semester II-2023.
Per pukul 09:22 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 17 saham terpantau menguat, satu saham cenderung stagnan, dan dua saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.320 | 4,04% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 870 | 2,96% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 24.750 | 2,59% |
ABM Investama | ABMM | 3.140 | 2,28% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 945 | 2,16% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.420 | 2,09% |
Bukit Asam | PTBA | 2.730 | 1,87% |
Indika Energy | INDY | 1.945 | 1,83% |
Harum Energy | HRUM | 1.445 | 1,76% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 4.400 | 1,62% |
TBS Energi Utama | TOBA | 400 | 1,52% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 67 | 1,52% |
Bayan Resources | BYAN | 15.700 | 1,29% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 368 | 1,10% |
Bumi Resources | BUMI | 116 | 0,87% |
Atlas Resources | ARII | 152 | 0,66% |
United Tractors | UNTR | 23.225 | 0,21% |
MNC Energy Investment | IATA | 61 | 0,00% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 4.210 | -0,24% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 52 | -3,70% |
Sumber: RTI
Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi I hari ini, yakni melonjak 4,04% ke posisi Rp 2.320/saham.
Namun, untuk saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) terpantau ambles 3,7% menjadi Rp 52/saham.
Sepanjang semester I-2023, bisa dikatakan bahwa volatilitas saham-saham batu bara cenderung tinggi. Hal ini sejalan dengan harga komoditas acuan batu bara yang juga terbilang lesu di semester I-2023.
Di semester I-2023, batu bara acuan dunia telah terkoreksi dalam nyaris 60%, atau lebih tepatnya turun hingga 58%. Faktor penurunan harga 'emas hitam' sepanjang semester pertama ini datang dari Negeri Tirai Bambu.
China sebagai konsumen batu bara terbesar masih mengalami tekanan perekonomian pasca kebijakan lockdown untuk menurunkan angka penyebaran pandemi.
Melansir Trading Economics, permasalahan ini menyebabkan adanya kelebihan pasokan batu bara. Bahkan, pembangkit listrik berbasiskan batu bara China tercatat mengakumulasi stok tertinggi pada akhir Mei.
Banyaknya pasokan China tercermin dari aktivitas impornya yang mengalami penurunan pada Mei lalu. Berkurangnya permintaan China menyebabkan persediaan global mengalami lonjakan signifikan.
Sementara itu, di Eropa, kelebihan stok dan permintaan musim dingin yang lebih rendah dari perkiraan telah menyebabkan impor batubara berkurang signifkan selama kuartal pertama tahun 2023.
Di tengah koreksi mendalam, harga batu bara mulai kembali menunjukkan penguatan dalam beberapa hari terakhir. Faktor penguatan tersebut didukung sentimen produksi baja China yang menunjukkan penguatan.
Sebagai informasi salah satu bahan baku produksi baja merupakan batu bara dengan kadar tinggi (high rank coal) atau biasa disebut coking coal.
Mengutip wawancara CNBC Indonesia, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan Coking coal atau high rank coal memang lebih banyak untuk keperluan industri besi baja yang basis teknologinya adalah smelter.
Pada dasarnya, hukum supply-demand menjelaskan semakin tinggi persediaan dan permintaan menurun menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya.
Meski begitu, investor berharap bahwa volatilitas harga batu bara dan saham batu bara RI cenderung melandai di semester II-2023.
Investor yakin bahwa di tengah penurunan tersebut perusahaan batu bara masih akan mendapat keuntungan, mengingat harga batu bara masih tetap tinggi di tengah koreksi dan beban produksi masih jauh di bawahnya. Bahkan, World Bank juga telah memproyeksi bahwa harga batu bara akan tetap tinggi hingga 2024 di US$ 150 per ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat