Jelang Cuti Bersama Idul Adha, Pasar Modal Sepi Bak Kuburan
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Selasa (27/6/23) berbalik arah turun tipis 0,04% menjadi 6.661,95. Data ekonomi dan kebijakan dari AS dan China masih menjadi faktor penentu arah pergerakan indeks IHSG.
Terdapat 282 saham yang melemah, 229 saham menguat dan 215 lainnya tidak bergerak. Hingga istirahat siang sekitar 9 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 566 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat sangat sepi atau baru mencapai Rp 3,88 triliun pada tengah hari.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv sebagian besar sektor melemah dimana sektor Energi menjadi yang paling bawah turun sebesar 1,8%. Saham energi, batuba-bara milik PT Bayan Reources Tbk terpantau menjadi pemberat utama (laggard) IHSG pada siang hari ini sebesar 8,63 indeks poin. Selain itu saham PT Bukit Asam Tbk juga membebani sebanyak 4,61 indeks poin.
Sentimen dalam negeri masih dipengaruhi oleh suasana libur panjang, sementara dari luar negeri, Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan indeks harga rumah atau tempat tinggal periode Mei 2023. Indeks harga rumah/tempat tinggal di AS pada periode Maret mencapai 3,6%, sementara periode April diperkirakan sebesar 3,1%. Jika data tersebut melebihi ekspektasi, hal ini akan dianggap positif/optimis bagi US$, sedangkan jika data tersebut lebih rendah dari ekspektasi, maka hal ini akan dianggap negatif/pesimis bagi US$. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi sentimen negatif terhadap dolar AS.
Pidato Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, masih menjadi perhatian penting bagi investor dalam mengantisipasi arah kebijakan suku bunga pada pertemuan mendatang. Powell dijadwalkan akan berbicara pada European Central Bank (ECB) Forum on Central Banking 2023 pada tanggal 28 Juni. Kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.
Pelaku pasar harus memperhitungkan dampak pernyataan Powell terhadap pergerakan rupiah setelah liburan Idul Adha. Oleh karena itu, aktivitas perdagangan pekan ini akan sangat menentukan. Data ekonomi penting juga akan dirilis dari AS, termasuk klaim pengangguran dan data penjualan rumah, yang akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada perekonomian Indonesia.
Selain itu, China akan merilis data PMI Manufaktur pada Jumat pekan ini. Data ini penting bagi eksportir Indonesia. Jika PMI China terus melambat, perlu ada kewaspadaan terhadap dampaknya. Bulan lalu, Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) China mencapai level terendah dalam lima bulan, yakni 48,8, turun dari 49,2 pada bulan April. Angka PMI yang menurun ini juga melampaui perkiraan kenaikan menjadi 49,4.
Penurunan PMI Manufaktur China menunjukkan penurunan tingkat kemakmuran ekonomi di China, yang berdampak pada kerjasama perdagangan Indonesia dengan China. China merupakan mitra dagang terbesar dan tujuan ekspor utama Indonesia, dengan kontribusi hampir 30%. Selain itu, Tiongkok juga menjadi salah satu investor asing terbesar di Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(fsd/fsd)