
Didorong Sentimen Global, IHSG Sesi I Ditutup Menguat 0,14%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Senin (26/6/23) naik tipis 0,14% menjadi 6.649,23. Data ekonomi dan kebijakan dari AS dan China akan menjadi faktor penentu arah pergerakan indeks IHSG.
Terdapat 291 saham yang melemah, 242 saham menguat dan 194 lainnya tidak bergerak. Hingga istirahat siang sekitar 9 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 602 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat baru mencapai Rp. 3,67 triliun.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor melemah. Hanya dua sektor yang menguat dengan sektor Finansial menjadi yang paling atas naik 0,73% disusul sektor Real estate sebesar 0,03%.
Kenaikan IHSG siang ini mayoritas ditopang oleh saham-saham perbankan dengan kapitalisasi raksasa. Seluruh bank buku IV terpantau menguat. PT Bank Mandiri dengan kenaikan 1,48% menjadi leader utama IHSG di sesi pertama dengan 7,05 indeks poin. Saham milik PT Bank Central Asia dan PT Bank Negara Indonesia secara bersamaan menguat 0,83% sementara PT Bank Rakyat Indonesia juga naik 0,46%.
Libur panjang dan cuti bersama Hari Raya Idul Adha yang mendekat diperkirakan akan mempengaruhi pendeknya masa perdagangan bursa. Pasar diperkirakan tidak akan begitu agresif karena banyak pelaku pasar sedang berlibur dan mengambil keuntungan sebelumnya.
Investor saat ini cenderung wait and see terhadap data ekonomi penting, terutama dari AS, China, dan Eropa. Data-data yang akan dirilis pekan ini memiliki potensi sebagai sinyal arah perkembangan ekonomi dan kebijakan suku bunga di masa depan.
Keprihatinan investor masih terkait dengan inflasi dan suku bunga yang tinggi. AS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023, yang akan memberikan gambaran kondisi perekonomian AS.
Pidato Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, menjadi perhatian penting bagi investor untuk mengantisipasi arah kebijakan suku bunga pada pertemuan mendatang. Kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.
Data ekonomi penting juga akan dirilis dari AS, termasuk klaim pengangguran dan data penjualan rumah, yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia secara langsung maupun tidak langsung.
China akan merilis data PMI Manufaktur, yang penting bagi eksportir Indonesia. Jika PMI China terus melambat, harus ada kewaspadaan terhadap dampaknya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat