FOTO

Ramai-ramai Mata Uang Asing Berjatuhan, Termasuk Rupiah

CNBC Indonesia/Tri Susilo, CNBC Indonesia
Rabu, 21/06/2023 16:40 WIB

Mata uang Asia ramai-ramai jeblok pada perdagangan hari ini. Rupiah menjadi yang terburuk.

1/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pegawai melayani nasabah yang menukarkan mata uang Indonesia (Rupiah) dengan mata uang Asing di DolarAsia Money Changer di kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). Mata uang utama Asia ramai-ramai jeblok pada perdagangan hari ini. Rupiah menjadi mata uang terburuk dengan pelemahan terdalam dibandingkan yang lain. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

2/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Merujuk data Refinitiv, nilai tukar rupiah ada di posisi Rp 15.047/US$1. Mata uang Garuda melemah 0,33% terhadap dolar AS. Pelemahan rupiah ini jauh lebih dalam dibandingkan ringgit Malaysia yang terkoreksi 0,28% ataupun renmimbi China yang tersungkur 0,21%.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

3/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sebaliknya, mata uang won Korea dan yen Jepang menguat cukup tajam pada hari ini. Won Korea menguat 0,12% dan yen Jepang terapresiasi 0,16%. Melemahnya mayoritas mata uang Asia dipicu oleh pelemahan ekonomi China serta keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).(CNBC Indonesia/Tri Susilo)

4/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

The Fed memang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,0-5,25% pada pekan lalu. Namun, The Fed mengisyaratkan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

5/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam. Proyeksi kenaikan dua kali terlihat dari median proyeksi The Fed yang memperkirakan suku bunga ada di kisaran 5,5-5,75% pada 2023 dari 5-5,25% sebelumnya. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

6/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 74,4% The Fed akan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Juli mendatang. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

7/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Proyeksi kenaikan ini bisa membawa bank sentral lain untuk menahan kebijakan dovish mereka, termasuk Bank Indonesia (BI).Pelaku pasar rupiah pun kini menunggu kebijakan moneter BI setelah pengumuman The Fed.(CNBC Indonesia/Tri Susilo)

8/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

BI sendiri akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada Rabu dan Kamis pekan ini. Pasar memperkirakan jika BI masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%. Ekspektasi ini pulalah yang membuat rupiah ikut melemah. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

9/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pelemahan ekonomi China juga ikut membuat mata uang Asia ambruk. China adalah motor utama penggerak ekonomi Asia sehingga perkembangan di Tiongkok akan berdampak besar ke Asia. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

10/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Data-data terbaru ekonomi China menunjukkan jika ekonomi Tiongkok tengah lesu, termasuk data pengangguran dan ekspor impor. Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8atau turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

11/11 Suasana DolarAsia Money Changer di Kawasan Jakarta, Selasa (20/6/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Impor China juga mengalami kontraksi 4,5% (year on year/oy)pada Mei 2023. Penurunan ini memperpanjang kinerja negatif yang sudah terjadi sejak Oktober 2022 lalu. Data Bea dan Cukai China mencatat ekspor terkoreksi 7,5% (yoy), berbanding terbalik dengan tumbuh 8,5%(yoy) pada April. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)