Newsletter

China Akan Habis-Habisan Genjot Ekonomi, RI Bisa Untung Besar

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 June 2023 06:07
Data Bursa Efek Indonesia
Foto: Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut  jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53% dari 7,48 juta di akhir tahun 2021 menjadi 10 juta pada 3 November 2022. Secara komposisi umur sebesar 60% didominasi oleh investor di bawah 30 tahun. Tidak berhenti di situ, investor juga didominasi oleh lulusan SMA ke bawah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Pasar keuangan Tanah Air kurang menggembirakan pada perdagangan Senin kemarin
  • Saat Wall Street libur, bursa Eropa dan bursa Asia-Pasifik berakhir terkoreksi
  • Pasar bakal memantau perkembangan pertemuan AS-China dan kebijakan suku bunga bank sentral China.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Senin (19/6/2023) kemarin kurang menggembirakan, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan pasar obligasi pemerintah RI terpantau lesu.

Sentimen pasar pada perdagangan kemarin cenderung sepi. Namun, investor sepertinya masih mempertimbangkan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih dovish pada tahun ini, di mana bank sentral Negeri Paman Sam tersebut masih akan menaikkan suku bunga acuannya dua kali pada akhir tahun ini.

Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan global dan dalam negeri hari ini bisa dibaca pada halaman 3 di artikel ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,19% ke posisi 6.686,059. IHSG masih diperdagangkan di level psikologis 6.600 kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin terbilang sepi yakni mencapai sekitar Rp 7,8 triliun dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 254 saham menguat, 269 saham melemah, dan 218 saham lainnya stagnan.

Investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 407,94 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Di kawasan Asia-Pasifik, secara mayoritas juga melemah kemarin. Hanya indeks ASX 200 Australia yang ditutup menguat. Sedangkan, indeks Nikkei 225 Jepang menjadi yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 1%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga ditutup melemah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 14.990/US$, melemah 0,4% di pasar spot. Rupiah pun hampir menyentuh Rp 15.000-an kemarin.

Rupiah tidak sendirian, mayoritas mata uang Asia juga gagal melawan The Greenback kemarin. Hanya dolar Hong Kong dan rupee India yang berhasil melawan The Greenback, itupun hanya tipis-tipis saja.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia melawan dolar AS pada Senin kemarin.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya melemah, menandakan bahwa imbal hasil (yield) mengalami kenaikan dan tandanya dilepas oleh investor.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 0,4 basis poin (bp) menjadi 6,31%.
Yield yang naik menandai harga SBN yang melandai karena investor melepas SBN, terutama investor asing.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Amerika Serikat dan China, dua raksasa ekonomi dunia membuat rupiah tertekan. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang berencana menaikkan suku bunga lagi di sisa tahun ini membuat dolar perkasa dan rupiah pun tertekan. Rencana The Fed ini pun juga membuat IHSG kembali lesu.

Pada Kamis pekan lalu, tepatnya dini hari waktu Indonesia, memang The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%. Tetapi The Fed tetap memberikan sinyal akan ada kenaikan lagi di sisa tahun ini.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini.
Dot plot tersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 bp.

Tidak hanya dinaikkan, suku bunga tinggi akan dipertahankan dalam waktu yang lama. Hal itu diungkapkan oleh ketua The Fed, Jerome Powell.
"Pemangkasan suku bunga akan tepat dilakukan saat inflasi turun secara signifikan. Dan sekali lagi, kita berbicara beberapa tahun ke depan," kata Powell.

Sebaliknya, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) justru memangkas dua suku bunga acuannya pada pekan lalu dan diperkirakan akan melakukan lagi hari ini.
Pemangkasan suku bunga bisa memacu perekonomian, dan tentunya berdampak positif ke Indonesia. Sayangnya kali ini tidak demikian, sebab pelaku pasar masih mengira-ngira seberapa parah perekonomian Negeri Tiongkok akan melambat.

Banyak bank investasi ternama kini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China. Terbaru ada Goldman Sachs yang memangkas cukup tajam, dari 6% menjadi 5,4% untuk 2023.

Hal ini membuat pelaku pasar was-was jika kebijakan yang diambil belum mampu memacu perekonomian, China bisa melambat lebih dalam lagi.

Pada perdagangan Senin pekan ini, pasar saham Amerika Serikat (AS) yakni bursa Wall Street tidak dibuka karena sedang libur memperingati Juneteenth. Juneteenth adalah hari libur federal di AS untuk memperingati emansipasi para budak Afrika-Amerika.
Alhasil, pelaku pasar akan memantau bursa Eropa dan bursa Asia-Pasifik.

Bursa Eropa pada perdagangan Senin kemarin ditutup di zona merah, karena investor tetap gelisah atas prospek ekonomi. Indeks Stoxx 600 ditutup ambles 1,02% ke posisi 462,04, sedangkan indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,71% ke 7.588,48.

Sementara untuk indeks CAC Prancis terkoreksi 0,39% ke posisi 7.314,05 dan indeks DAX Jerman merosot 0,96% menjadi 16.201,2.

Fokus di Eropa tetap mengikuti perkembangan geopolitik AS dan China setelah keduanya sepakat untuk menstabilkan persaingan sengit mereka sehingga tidak mengarah ke konflik tetapi gagal menghasilkan terobosan besar.

Sementara kabinet China bertemu pada Jumat lalu untuk membahas langkah-langkah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

China juga diperkirakan akan memotong tolok ukur pinjaman utama pada hari ini dalam pelonggaran pertama dalam 10 bulan, sebuah survei Reuters menunjukkan, karena pihak berwenang berusaha untuk menopang pemulihan yang melambat di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

"Ada sedikit reaksi euforia di pasar terkait China terhadap langkah-langkah pelonggaran terbaru," tulis ahli strategi di Jefferies dalam catatan klien.

Di lain sisi, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) pada pekan ini tepatnya pada Kamis mendatang akan mengumumkan hasil pertemuannya, di mana pasar memperkirakan BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 6%.

Hal ini menjadi perkiraan yang jauh di atas perkiraan suku bunga The Fed atau bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan juga menjadi level yang tidak terlihat di Inggris sejak tahun 2000.

Gubernur BoE, Andrew Bailey mengatakan kepada komite parlemen bahwa inflasi masih "jauh lebih lama dari yang diharapkan" untuk turun dan pasar tenaga kerja masih "sangat ketat".

Bailey juga berbicara tepat setelah angka resmi menunjukkan gaji pokok dalam tiga bulan hingga April naik 7,2% secara tahunan, menjadi rekor tercepat, tidak termasuk periode di mana data terdistorsi oleh pandemi Covid-19.

Selain BoE, bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada pekan ini.
Pasar memperkirakan SNB juga masih akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp), meski tingkat inflasi domestik sudah mulai melandai.

Sebanyak 30 ekonom dari 33 yang disurvei Reuters, memperkirakan SNB menaikkan suku bunga sebesar 25 bp. Sedangkan tiga ekonom sisanya sebesar 50 bp.

Inflasi konsumen Swiss turun menjadi 2,2% pada Mei lalu, dari sebelumnya sebesar 2,6% pada April. Saat ini, inflasi rata-rata mencapai 2,4% di kuartal I-2023. Inflasi inti di 1,9% kembali dalam kisaran target inflasi bank 0-2%, mendukung kemungkinan kenaikan 25 bp.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, bursa Wall Street tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Juneteenth, sehingga sentimen pasar dari pasar saham AS cenderung minim.
Alhasil, pelaku pasar akan memantau bursa Eropa dan bursa Asia-Pasifik.

Di kawasan Eropa, memang pada perdagangan kemarin juga tidak ada sentimen yang dapat mempengaruhi pergerakan, tetapi pekan ini, sentimen terkait kebijakan suku bunga BoE dan SNB akan menjadi perhatian pasar.

Sebelumnya, BoE diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 6%, lebih tinggi dari suku bunga The Fed dan ECB saat ini.

Gubernur BoE, Andrew Bailey mengatakan kepada komite parlemen bahwa inflasi masih "jauh lebih lama dari yang diharapkan" untuk turun dan pasar tenaga kerja masih "sangat ketat".

Selain BoE, SNB juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada pekan ini.

Pasar memperkirakan SNB juga masih akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp), meski tingkat inflasi domestik sudah mulai melandai.

Sebanyak 30 ekonom dari 33 yang disurvei Reuters, memperkirakan SNB menaikkan suku bunga sebesar 25 bp. Sedangkan tiga ekonom sisanya sebesar 50 bp.
Di lain sisi, pasar juga akan memantau dampak dari perkembangan geopolitik AS dan China, setelah keduanya melakukan pertemuan diplomatik.

Melansir Bloomberg News, Minggu kemarin, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken tiba di Beijing pada Minggu pagi untuk melakukan kunjungan diplomatik kilat sebagai upaya Presiden AS, Joe Biden untuk menstabilkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Presiden China Xi Jinping pun memuji kemajuan hubungan negaranya dengan AS. Pujian itu disampaikan dalam pertemuan Xi dengan Blinken di Beijing pada Senin kemarin.

"Kedua belah pihak sepakat untuk menindaklanjuti pemahaman bersama yang telah dicapai Presiden Biden dan saya di Bali. Kedua belah pihak juga telah membuat kemajuan dan mencapai kesepakatan tentang beberapa masalah tertentu. Ini sangat bagus," kata Xi kepada Blinken di awal pertemuan, mengutip Reuters.

Sebelumnya Presiden AS Joe Biden dan Xi terakhir bertemu di sela-sela KTT G20 di Bali, Indonesia pada November 2022. Keduanya menjanjikan komunikasi yang lebih sering, meskipun hubungan sejak saat itu telah memburuk karena masalah mulai dari Taiwan hingga masalah spionase.

Media pemerintah China menyebut Xi mengatakan kepada Blinken dalam pembicaraan tertutup, China berharap untuk melihat hubungan China-AS yang sehat dan stabil dan percaya kedua negara dapat mengatasi berbagai kesulitan.

Namun dalam pertemuan itu, Xi juga mendesak AS untuk tidak melukai hak dan kepentingan sah China, sebuah sinyal potensi titik nyala seperti Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Beijing sebagai miliknya.

Blinken menanggapi dengan mengatakan kedua negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola hubungan mereka. "Amerika Serikat berkomitmen untuk melakukan itu," katanya.

Meski begitu, pertemuan Xi dan Blinken yang berlangsung sekitar 30 menit disebut-sebut dapat membantu memfasilitasi pertemuan puncak antara Xi dan Biden di akhir tahun 2023.

Sementara kabinet China bertemu pada Jumat lalu untuk membahas langkah-langkah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) diperkirakan akan kembali memberlakukan kebijakan moneter longgar yakni dengan kembali memangkas suku bunga pinjaman acuan pada hari ini.

Suku bunga pinjaman tenor 1 tahun diperkirakan akan dipangkas menjadi 3,55%, dari sebelumnya 3,65%. Sedangkan Suku bunga pinjaman tenor 5 tahun juga akan dipangkas menjadi 4,2%, dari sebelumnya sebesar 4,3%.

Hal ini dilakukan untuk menopang pemulihan yang melambat di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Stimulus pemerintah Beijing dan kebijakan dovish bank sentral China diharapkan segera membangkitkan ekonomi "sang Naga"
China adalah motor ekonomi utama di Asia sehingga perkembangan di China akan sangat menentukan gerak ekonomi tetangganya, tak terkecuali Indonesia.

Bagi Indonesia, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar sekaligus pasar terbesar bagi produk-produk unggulan seperti batu bara dan besi baja. China juga menjadi salah satu investor asing terbesar di RI.

Bila ekonomi China melaju kencang maka ekspor ke Tiongkok bisa semakin besar dan semakin banyak investasi yang datang dari pengusaha China.
Permintaan ekspor dari negara kawasan seperti Asia juga diharapkan ikut naik karena negara-negara seperti Vietnam, Korea Selatan, hingga Jepang banyak menggantungkan pasar ekspor ke China.

Selain bank sentral China, di Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) juga akan mengadakan minutes of meeting atau notula rapat pada hari ini. Selain itu, beberapa pejabat RBA juga akan memberikan pidatonya terkait kebijakan suku bunga RBA.

RBA memilih untuk menaikkan sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan Juni, mengirimkan suku bunga di atas 4%.
RBA telah menaikkan suku bunga resmi 12 kali sejak Mei tahun lalu, memilih untuk menaikkan pada setiap pertemuan kecuali April.
Adapun pertemuan RBA berikutnya akan dilaksanakan pada 4 Juli mendatang.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

      Agenda ekonomi dalam negeri
      1. 
Rapat Paripurna ke-27 DPR RI terkait Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2022 oleh BPK
      2. Presiden menghadiri pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur

    Agenda ekonomi luar negeri

  1. Loan Prime Rate bank sentral China (08:15 WIB),
  2. Minutes of meeting bank sentral Australia (08:30 WIB),
  3. Rilis data final produksi industri Jepang periode April 2023 (11:30 WIB),
  4. Pidato Presiden The Fed Bullard (17:30 WIB),
  5. Rilis data izin mendirikan bangunan Amerika Serikat periode Mei 2023 (19:30 WIB),
  6. Rilis data housing starts Amerika Serikat periode Mei 2023 (19:030 WIB),
  7. Pidato Presiden The Fed William (22:45 WIB).

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1.       RUPS Tahunan PT Indonesia Fireboard Industry Tbk (09:00 WIB),
  2.       RUPS Tahunan PT Multi Indocitra Tbk (09:00 WIB),
  3.       RUPS Tahunan PT Pool Advista Finance Tbk (09:00 WIB),
  4.       RUPS Tahunan PT Perintis Triniti Properti Tbk (09:00 WIB),
  5.       RUPS Tahunan PT Bank Amar Indonesia Tbk (10:00 WIB),
  6.       RUPS Tahunan PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (10:00 WIB),
  7.       RUPS Tahunan PT Berlina Tbk (10:00 WIB),
  8.       RUPS Tahunan PT Citra Buana Prasada Tbk (10:00 WIB),
  9.       RUPS Tahunan PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (10:00 WIB),
  10.   RUPS Tahunan PT Mitra International Resources Tbk (10:00 WIB),
  11.   RUPS Tahunan PT OBM Drilchem Tbk (10:00 WIB),
  12.   RUPS Tahunan PT Roda Vivatex Tbk (10:00 WIB),
  13.   RUPS Tahunan PT RMK Energy Tbk (10:00 WIB),
  14.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT MNC Sky Vision Tbk (10:00 WIB),
  15.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Ancora Indonesia Resources Tbk (10:00 WIB),
  16.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Sillo Maritime Perdana Tbk (10:00 WIB),
  17.   RUPS Tahunan PT Alkindo Naratama Tbk (10:30 WIB),
  18.   RUPS Tahunan PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (11:00 WIB),
  19.   RUPS Tahunan PT Berlian Laju Tanker Tbk (14:00 WIB),
  20.   RUPS Tahunan PT Pelita Teknologi Global Tbk (14:00 WIB),
  21.   RUPS Tahunan PT Fortune Indonesia Tbk (14:00 WIB),
  22.   RUPS Tahunan PT Kokoh Inti Arebama Tbk (14:00 WIB),
  23.   RUPS Tahunan PT Nanotech Indonesia Global Tbk (14:00 WIB),
  24.   RUPS Tahunan PT Panca Global Kapital Tbk (14:00 WIB),
  25.   RUPS Tahunan PT Satria Antaran Prima Tbk (14:00 WIB),
  26.   RUPS Tahunan PT Sidomulyo Selaras Tbk (14:00 WIB),
  27.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Toba Surimi Industries Tbk (14:00 WIB),
  28.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT MNC Vision Networks Tbk (14:00 WIB),
  29.   Cum date dividen tunai PT Barito Pacific Tbk,
  30.   Cum date dividen tunai PT Jembo Cable Company Tbk,
  31.   Ex date dividen tunai PT Caturkuda Depo Bangunan Tbk,
  32.   Ex date dividen tunai PT H.M. Sampoerna Tbk,
  33.   Ex date dividen tunai PT Metropolitan Land Tbk,
  34.   Ex date dividen tunai PT Sampoerna Agro Tbk,
  35.   Ex date dividen tunai PT Sekar Bumi Tbk.

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2023 YoY)

5,03%

Inflasi (Mei 2023 YoY)

4,00%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Mei 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN April 2023)

1,12% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY)

0,9% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY)

US$ 6,5 miliar

Cadangan Devisa (Mei 2023)

US$ 139,3 miliar

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Balik Arah, The Fed Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular