
Pengendali Rajin Buyback Saham Nikel Boy Thohir, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Merdeka Energi Nusantara terus memborong saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
PT Merdeka Energi Nusantara merupakan perusahaan anak dari emiten pertambangan emas, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang menjadi pemegang saham pengendali MBMA.
Data per 15 Juni 2023 PT Merdeka Energi Nusantara kembali memborong saham MBMA sebanyak 8,4 juta lembar dengan kepemilikan saat ini sebesar 53,74 miliar lembar saham atau setara 49,76%.
Sejak PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) listing pada 18 April 2023. PT Merdeka Energi Nusantara rajin mengoleksi saham MBMA dan belum melakukan aksi jual hingga saat ini.
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) merupakan emiten tambang nikel milik Garibaldi 'Boy' Thohir.
Bisnis Perseroan adalah perusahaan bahan baku baterai. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) berada di Sulawesi Tengah dan Tenggara memiliki sejumlah portofolio aset bisnis yang merupakan rantai nilai baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang berkualitas tinggi.
Diketahui MBMA melepas 11,54 miliar lembar dengan nilai nominal Rp100 per saham. Di banderol dengan harga Initial Public offering (IPO) Rp795 per lembar, dan meraup dana taktis sebesar Rp9,18 triliun.
Pada saat listing, susunan kepemilikan MBMA adalah PT Merdeka energi Nusantara 48,96%; Giribaldi Thohir sebesar 11,08%; Huayong Internasional (Hong Kong) Limited 7,55%, Winato Kartono sebesar 6,29%, dan masyarakat 10,69%.
MBMA sebelumnya telah menandatangani perjanjian bersyarat untuk mengakuisisi 60% saham di PT Huaneng Metal Industry (HNMI), fasilitas konversi high-grade nickel matte (HGNM) yang berlokasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Total pertimbangan untuk akuisisi yang diusulkan adalah sekitar US$ 75 juta untuk 60% saham MBMA di HNMI. Di mana anak perusahaan Tsingshan memegang 40% sisanya.
Akuisisi yang diusulkan akan memungkinkan MBMA untuk mentransisikan basis aset RKEF yang lebih besar ke produksi nikel kelas 1 dan membuka nilai. Akuisisi ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2023.
HNMI dibangun dan ditugaskan oleh Eternal Tsingshan Group Limited dan telah berproduksi secara stabil sejak 2022. HNMI memproses nikel matte kadar rendah (LGNM) 1 yang diproduksi oleh smelter RKEF, mengurangi kandungan besi, untuk menghasilkan HGNM mengandung lebih dari 70% nikel.
MBMA juga berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL), dengan kapasitas masing-masing 120.000 ton, yang dibangun dalam kompleks Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
Pembangunan pabrik ini akan dilakukan dua tahap, dengan operasional tahap pertama sebesar 60.000 ton. Pabrik ini akan mengambil limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang sesuai dengan Joint Ore Reserves Committee (JORC).
MBMA yakin bisa mengambil peluang hilirisasi rantai nilai baterai kendaraan listrik. MBMA berusaha untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan bermotor listrik dunia di masa depan.
Ekspansi yang terus dilakukan oleh MBMA membuat pengendali terus melakukan aksi buy back.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
Next Article Tok! Harga IPO Merdeka Battery Rp 795 per Saham