Bye Masker! Sektor Kesehatan Jadi Biang Kerok IHSG Merah
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Jumat (16/6/23) drop 0,44% menjadi 6.684,04. Pada hari ini, investor masih memperhatikan sejumlah sentimen yang berpotensi menggerakkan pasar keuangan Indonesia, terutama dari luar negeri.
Terdapat 301 saham yang melemah, 202 saham menguat dan 213 saham tidak bergerak. Hingga istirahat siang, sekitar 7,5 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 606 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 4 triliun.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor melemah. Sektor Kesehatan menjadi yang paling bawah, turun 0,84%. Saham milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk terpantau menjadi pemberat utama IHSG sebesar 9,2 indeks poin.
IHSG terkoreksi meski mendapat suntikan positif dari kemenangan Wall Street pada perdagangan semalam. Bursa Wall Street akhirnya kembali kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Indeks Dow Jones terbang 1,26% indeks Nasdaq melesat 1,15% sementara indeks S&P 500 melonjak 1,22%.
Investor perlu memperhatikan dampak kebijakan The Fed yang menahan suku bunga, namun tetap mengisyaratkan kenaikan ke depan. Pidato Gubernur The Fed, Christopher J Waller, pada seminar ekonomi yang digelar oleh Norges Bank dan Dana Moneter Internasional (IMF) diharapkan memberikan sinyal lebih jelas mengenai kebijakan The Fed. Selain itu, data sentimen konsumen AS bulan Juni akan mempengaruhi laju konsumsi masyarakat AS dan dampaknya terhadap inflasi. Bank sentral Jepang (BoJ) juga akan mengumumkan kebijakan moneternya yang menjadi perhatian publik, terutama dalam hal suku bunga ultra rendah dan inflasi yang meningkat.
Sentimen negatif datang dari berbagai negara yang memasuki resesi, termasuk Selandia Baru dan Uni Eropa. Selandia Baru resmi memasuki resesi setelah ekonominya terkontraksi 0,1% pada kuartal I-2023, menyusul koreksi sebesar 0,7% pada kuartal sebelumnya. Selain itu, penelitian Eurostat menunjukkan bahwa sekitar 22% populasi Uni Eropa berisiko mengalami kemiskinan akibat inflasi tinggi setelah perang Rusia-Ukraina. Hari ini, Uni Eropa akan mengumumkan perhitungan final untuk inflasi Mei yang pada perhitungan awal mencapai 6,1%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(fsd/fsd)