Ekonomi Global Dibayangi Isu Resesi, IHSG Dibuka Terkoreksi

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
16 June 2023 09:11
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (16/6/23) dibuka menguat tipis 0,09% menjadi 6.719,96. Hari ini, pasar keuangan Tanah Air mengalami sentimen relatif sepi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pada pukul 09.03, IHSG berbalik arah, melemah 0,14% ke level 6.704,15. Perdagangan menunjukkan terdapat 157 saham naik, 152 saham turun sementara 215 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 550 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 453 miliar.

Kebijakan hawkish The Fed yang sempat menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar, kini mulai mereda dan diharapkan akan mempengaruhi sentimen pelaku pasar dalam negeri. Harapan juga terpancar dari aliran dana asing yang diharapkan akan mengalir deras ke pasar keuangan Tanah Air, yang berdampak pada penguatan rupiah dan IHSG sementara imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan.

IHSG mencatatkan net sell sepanjang pekan ini akibat volatilitas tinggi di pasar global. Meski demikian, kondisi ekonomi dalam negeri yang mendukung dan tren inflasi yang melandai, serta pertumbuhan ekonomi yang kencang pada kuartal I-2023, menjadi daya tarik bagi investor asing.

Namun, ketidakpastian global masih menjadi faktor penghambat bagi investor asing untuk kembali masuk ke pasar keuangan Tanah Air, terutama pada pasar saham dan rupiah. Investor asing sempat masuk dengan deras pada pasar SBN, namun keputusan The Fed membuat mereka keluar dari pasar tersebut.

Penawaran investor asing pada lelang SUN Selasa (13/6/2023) mencapai Rp 19,16 triliun, menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2021. Dengan meredanya kekhawatiran investor di pasar keuangan global, diharapkan investor asing akan kembali masuk ke pasar Emerging Market, termasuk Indonesia. Harapan juga terletak pada penularan kinerja saham berbasis teknologi Amerika yang impresif ke dalam negeri. Selain itu, sektor teknologi Indonesia mendapatkan sentimen positif dari komitmen investasi TikTok sebesar US$10 miliar atau Rp149 triliun dalam dua hingga lima tahun ke depan.

Investor perlu memperhatikan dampak kebijakan The Fed yang menahan suku bunga, namun tetap mengisyaratkan kenaikan ke depan. Pidato Gubernur The Fed, Christopher J Waller, pada seminar ekonomi yang digelar oleh Norges Bank dan Dana Moneter Internasional (IMF) diharapkan memberikan sinyal lebih jelas mengenai kebijakan The Fed. Selain itu, data sentimen konsumen AS bulan Juni akan mempengaruhi laju konsumsi masyarakat AS dan dampaknya terhadap inflasi. Bank sentral Jepang (BoJ) juga akan mengumumkan kebijakan moneternya yang menjadi perhatian publik, terutama dalam hal suku bunga ultra rendah dan inflasi yang meningkat.

Sentimen negatif datang dari berbagai negara yang memasuki resesi, termasuk Selandia Baru dan Uni Eropa. Selandia Baru resmi memasuki resesi setelah ekonominya terkontraksi 0,1% pada kuartal I-2023, menyusul koreksi sebesar 0,7% pada kuartal sebelumnya. Selain itu, penelitian Eurostat menunjukkan bahwa sekitar 22% populasi Uni Eropa berisiko mengalami kemiskinan akibat inflasi tinggi setelah perang Rusia-Ukraina. Hari ini, Uni Eropa akan mengumumkan perhitungan final untuk inflasi Mei yang pada perhitungan awal mencapai 6,1%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular