
IHSG Loyo, 8 Saham Ini Jadi Pemberatnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Rabu (14/6/2023), meski sentimen pasar global pada hari ini cenderung positif.
Per pukul 11:00 WIB, IHSG melemah 0,54% ke posisi 6.682,89. IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.600, setelah selama dua hari beruntun bertahan di level psikologis 6.700.
Secara sektoral, sektor teknologi membebani IHSG pada sesi I hari ini, yakni sebesar 0,99%. Disusul sektor energi sebesar 0,96%.
Beberapa saham menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | -9,13 | 15.650 | -2,80% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -7,68 | 118 | -2,48% |
Bank Central Asia | BBCA | -3,57 | 9.100 | -0,55% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -3,08 | 5.500 | -0,90% |
Telkom Indonesia | TLKM | -2,46 | 4.010 | -0,50% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | -2,40 | 2.700 | -1,46% |
Bank Mandiri | BMRI | -2,37 | 5.075 | -0,49% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | -2,36 | 9.000 | -1,37% |
Sumber: RefinitivĀ & RTI
Saham raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 9,1 indeks poin.
Namun, empat saham bank raksasa (big four) mendominasi saham yang memberatkan IHSG pada sesi I hari ini, di mana saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham bankĀ big four yang memberatkan indeks paling besar yakni mencapai 3,6 indeks poin.
IHSG terkoreksi meski sentimen pasar global cenderung positif, terutama dari Amerika Serikat (AS). Dari AS, sentimen positif datang dari inflasinya yang kembali melandai.
Inflasi AS tercatat 4,0 % (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.
Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti, di luar kelompok volatil, tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.
Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
The Fed tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bp dalam 10 pertemuan beruntun sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.
Artinya, pasar sudah hampir yakin sepenuhnya mengenai melunaknya The Fed. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 76%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban
