Analisis Teknikal

Hijau 4 Hari Beruntun, Batu Sandungan Ini Menunggu IHSG

Riset, CNBC Indonesia
13 June 2023 06:30
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,42% pada penutupan sesi II perdagangan Senin (12/6/23).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG kembali menjajaki zona psikologis 6.700 tepatnya berakhir di 6.722,37.

Transaksi pada Senin melibatkan 21,4 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,46 juta kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp9,24 triliun.

Sebanyak 291 saham yang menguat, 238 saham melemah sementara 220 lainnya stagnan.

Kenaikan IHSG pada Senin sekaligus memperpanjang tren penguatan yang telah berlangsung selama empat hari beruntun.

Dalam lima hari perdagangan IHSG terapresiasi 1,34%. Namun, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 1,87%.

Berdasarkan data Refinitiv, setengah sektor menguat dengan sektor Energi menjadi yang paling menguntungkan indeks naik hampir 6%. Saham-saham energi emiten batu bara terpantau menjadi penopang utama kenaikan IHSG.

Adapun lima saham dengan kapitalisasi raksasa yang menjadi leader IHSG berdasarkan bobot indeks ponnya adalah sebagai berikut:

1. PT Bayan Resources Tbk (29,7)

2. PT Bank Central Asia Tbk (3,51)

3. PT Allo Bank Indonesia Tbk (3)

4. PT Barito Pacific Tbk (2)

5. PT United Tractors Tbk (1,6)

Pekan ini merupakan periode penting bagi pasar keuangan global dan Indonesia karena adanya rapat FOMC pada tanggal 13-14 Juni di AS. Pasar sangat menantikan keputusan kebijakan The Fed dalam rapat tersebut.

Jika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga, hal ini dapat berdampak positif bagi pasar keuangan Indonesia dengan aliran dana asing yang lebih deras.

IHSG dan nilai tukar rupiah dapat menguat. Namun, jika The Fed tetap hawkish, IHSG dan rupiah dapat melemah karena investor mungkin akan meninggalkan pasar emerging market seperti Indonesia dan kembali ke AS.

Mayoritas pasar memprediksi bahwa The Fed akan mulai mengubah kebijakan hawkishnya dan menahan suku bunga acuan setelah menaikkan suku bunga sebesar 500 basis poin sejak Maret tahun sebelumnya. Namun, ada juga pasar yang masih percaya bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada bulan Juni sebelum menahannya atau bahkan memangkas suku bunga pada bulan Juli.

Beberapa data terbaru AS menunjukkan perlambatan ekonomi, seperti indeks PMI non-manufaktur dan PMI manufaktur yang menurun, serta peningkatan jumlah klaim pengangguran. Data inflasi AS juga akan menjadi faktor pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Selain FOMC, rapat bank sentral Jepang (BoJ) dan bank sentral Eropa (ECB) juga akan mempengaruhi sentimen pasar. ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya, sementara BoJ kemungkinan akan mempertahankan suku bunga ultra rendahnya.

Sebelum ke FOMC, investor akan menunggu data inflasi AS yang dirilis pada Selasa malam. Ekonom memproyeksikan inflasi akan akan kembali mendingin pada Mei, yakni 4,3% secara tahunan dari bulan sebelumnya 4,9%.

Inflasi inti diramal akan turun ke 5,4 secara tahunan pada Mei dari bulan sebelumnya 5,5%.

Dari dalam negeri, rilis data penjualan ritel Indonesia per April akan mewarnai pergerakan IHSG hari ini. Angka penjualan ritel diproyeksikan akan naik menjadi 5,0% dari sebelumnya 4,9%.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Teknikal
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Senin, IHSG bertahan sedikit di atas resistance berupa area Fibonacci 38,2% (6.719). Resistance selanjutnya untuk IHSG berada di Fibonacci 50% (6.767).

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 52,03.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD memotong dari bawah garis sinyal, mengonfirmasi pola pembalikan golden cross yang terlihat pada 9 Juni lalu.

Hari ini, IHSG berpeluang kembali bergerak mixed dengan menjajal resistance terdekat 6.767. Apabila tak sanggup mendekati level tersebut, level support untuk IHSG berada di 6.700 dan MA 20 (6.686).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular