IHSG Tembus Level Psikologis 6.700, Ini Pendorongnya

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Senin, 12/06/2023 16:22 WIB
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi II perdagangan Senin (12/6/23) melesat 0,42%. IHSG kembali menjajaki zona psikologis 6.700 tepatnya berakhir di 6.722,37. Transaksi hari ini melibatkan sekitar 21,4 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,46 juta kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 9,2 triliun lebih.

Hingga sore ini terdapat 291 saham yang menguat, 238 saham melemah sementara 220 lainnya stagnan. Kenaikan IHSG hari ini sekaligus memperpanjang tren penguatan yang telah berlangsung selama empat hari beruntun. Dalam lima hari perdagangan IHSG terapresiasi 1,34%. Namun, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 1,87%.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, setengah sektor menguat dengan sektor Energi menjadi yang paling menguntungkan indeks naik hampir 6%. Saham-saham energi emiten batubara terpantau menjadi penopang utama kenaikan IHSG. Adapun lima saham dengan kapitalisasi raksasa yang menjadi leader IHSG berdasarkan bobot indeks ponnya adalah sebagai berikut:


1. PT Bayan Resources Tbk (29,7)

2. PT Bank Central Asia Tbk (3,51)

3. PT Allo Bank Indonesia Tbk (3)

4. PT Barito Pacific Tbk (2)

5. PT United Tractors Tbk (1,6)

Pekan ini merupakan periode penting bagi pasar keuangan global dan Indonesia karena adanya rapat FOMC pada tanggal 13-14 Juni di AS. Pasar sangat menantikan keputusan kebijakan The Fed dalam rapat tersebut.

Jika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga, hal ini dapat berdampak positif bagi pasar keuangan Indonesia dengan aliran dana asing yang lebih deras. IHSG dan nilai tukar rupiah dapat menguat. Namun, jika The Fed tetap hawkish, IHSG dan rupiah dapat melemah karena investor mungkin akan meninggalkan pasar emerging market seperti Indonesia dan kembali ke AS.

Mayoritas pasar memprediksi bahwa The Fed akan mulai mengubah kebijakan hawkishnya dan menahan suku bunga acuan setelah menaikkan suku bunga sebesar 500 basis poin sejak Maret tahun sebelumnya. Namun, ada juga pasar yang masih percaya bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada bulan Juni sebelum menahannya atau bahkan memangkas suku bunga pada bulan Juli.

Beberapa data terbaru AS menunjukkan perlambatan ekonomi, seperti indeks PMI non-manufaktur dan PMI manufaktur yang menurun, serta peningkatan jumlah klaim pengangguran. Data inflasi AS juga akan menjadi faktor pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Selain FOMC, rapat bank sentral Jepang (BoJ) dan bank sentral Eropa (ECB) juga akan mempengaruhi sentimen pasar. ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya, sementara BoJ kemungkinan akan mempertahankan suku bunga ultra rendahnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com


(Mentari Puspadini/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?