
Masih Galau, IHSG Tak Mampu Tembus Level 6.700

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis 0,06% pada penutupan sesi I perdagangan Senin (12/6/23).
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup turun ke posisi 6.690,11.
Sebanyak 248 saham yang melemah, 278 saham menguat dan 203 saham tidak bergerak.
Hingga istirahat siang, sekitar 13 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 910 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp4,3 triliun.
Mengutip data Refinitiv sebagian sektor melemah. Sektor Utilitas menjadi yang paling merugikan indeks turun hampir 4%.
Di samping itu, saham milik PT Telkom Indonesia Tbk. terpantau menjadi pemberat utama IHSG sebesar 14,5 indeks poin. Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT Astra International Tbk. masing-masing sebesar 6,1 dan 5,8 indeks poin.
Pekan ini merupakan periode penting bagi pasar keuangan global dan Indonesia karena adanya rapat FOMC pada tanggal 13-14 Juni di AS. Pasar sangat menantikan keputusan kebijakan The Fed dalam rapat tersebut.
Jika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga, hal ini dapat berdampak positif bagi pasar keuangan Indonesia dengan aliran dana asing yang lebih deras. IHSG dan nilai tukar rupiah dapat menguat. Namun, jika The Fed tetap hawkish, IHSG dan rupiah dapat melemah karena investor mungkin akan meninggalkan pasar emerging market seperti Indonesia dan kembali ke AS.
Mayoritas pasar memprediksi bahwa The Fed akan mulai mengubah kebijakan hawkishnya dan menahan suku bunga acuan setelah menaikkan suku bunga sebesar 500 basis poin sejak Maret tahun sebelumnya.
Namun, ada juga pasar yang masih percaya bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada bulan Juni sebelum menahannya atau bahkan memangkas suku bunga pada bulan Juli.
Beberapa data terbaru AS menunjukkan perlambatan ekonomi, seperti indeks PMI non-manufaktur dan PMI manufaktur yang menurun, serta peningkatan jumlah klaim pengangguran.
Data inflasi AS juga akan menjadi faktor pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Selain FOMC, rapat bank sentral Jepang (BoJ) dan bank sentral Eropa (ECB) juga akan mempengaruhi sentimen pasar. ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya, sementara BoJ kemungkinan akan mempertahankan suku bunga ultra rendahnya.
Dalam konteks domestik, data yang akan dirilis oleh Bank Indonesia, Badan Anggaran DPR RI, dan Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan memengaruhi sentimen IHSG. Data survei konsumen, penjualan eceran, dan neraca perdagangan Indonesia akan menjadi perhatian pasar.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG belum sanggup menembus resistance terdekat di 6.706, tetapi masih sanggup berada di atas support 6.568.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 62,11.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di atas garis sinyal dengan kecenderungan melebar.
Pada sesi II, IHSG berpotensi kembali bergerak mixed dengan resistance terdekat 6.705 dan support terdekat berada di 6.660 dan 6.600.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat