Tak Peduli Cadev RI Turun, Rupiah Tetap Ngegas!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
09 June 2023 15:18
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat 0,37% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.835/US$ pada perdagangan Jumat (9/6/2023). Sejak awal Juni, Mata Uang Garuda sudah menguat 1%. Penguatan rupiah ini terjadi akibat data perekonomian Amerika Serikat yang memburuk.

Rupiah masih mampu menguat meski cadangan devisa Indonesia menunjukkan penurunan pada Mei, menjadi US$139,3 miliar.

Penurunan ini ditengarai oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan.

Amerika Serikat kemarin merilis data klaim pengangguran mingguan AS yang menunjukkan adanya lonjakan signifikan. Data tersebut mengindikasikan bahwa Bank Sentral AS, The Fed, akan mengerem keputusan peningkatan suku bunganya pada pekan depan.

Kebijakan dovish atau pasif terhadap peningkatan suku bunga berpotensi menyebabkan nilai nilai mata uang Negeri Paman Sam mengalami pelemahan. Dolar AS yang melemah tercermin dari mata uang Asia yang mayoritas kompak menguat pada perdagangan hari ini.

Baht Thailand menguat sebanyak 0,7% ke level tertinggi dalam satu minggu terakhir, Won Korea Selatan menguat 0,6%, dan Malaysia Ringgit menguat 0,2%.

Poon Panichpibool, ahli pasar uang Krung Thai Bank, memperkirakan akan berakhirnya kenaikan suku bunga oleh The Fed untuk sisa tahun ini.

Data menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu setengah tahun. Pasar tenaga kerja yang melambat menjadi sentimen penurunan dolar AS. Indeks dolar sendiri menunjukkan pelemahan 0,1%, menjadi 103,4.

Sementara itu Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menunjukkan pandangan positif terhadap mata uang garuda.

Perry menyebutkan bahwa terdapat empat alasan potensi penguatan mata uang rupiah yaitu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, inflasi yang masih terkendali, pembayaran cadangan devisa yang masih rendah, dan imbal hasil SBN dan aset keuangan yang masih menarik.

Poin-poin tersebut mendorong potensi aliran modal asing tidak hanya datang dari penanaman modal asing, tetapi dana asing juga berpotensi masuk melalui investasi dalam aset keuangan.

Berdasarkan hal tersebut, Rupiah berpotensi menguat, mencapai kisaran Rp 14.800-15.200/US$ untuk tahun ini. Tahun 2024, Rupiah masih berpotensi menguat di kisaran Rp 14.600-15.100/US$.

Sedangkan, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, cukup konservatif dalam melihat pergerakan rupiah yang berpotensi berada di kisaran Rp 14.700-15.200/US$. Menurutnya, proyeksi tersebut masih sejalan dengan potensi penguatan neraca perdagangan.

Kuatnya neraca perdagangan akan meningkatkan cadangan devisa Indonesia, sehingga mata uang rupiah berpotensi menguat. Ia juga menambahkan bahwa Rupiah berpotensi konsisten berada di Rp 14.900/US$.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bertumbuh di 4,7-5,5%, didukung dengan kebijakan struktural pemerintahan. Kebijakan tersebut khususnya terkait dengan proyek hilirisasi yang mulai membuahkan hasil.

Bahkan, Perry juga menambahkan bahwa hilirisasi tidak hanya dilakukan pada sektor komoditas tambang saja, tetapi pertanian, perkebunan, dan perikanan juga perlu dilakukan hilirisasi.

Dampak dari hilirisasi sangat terasa untuk perekonomian, khususnya untuk distribusi pendapatan pada masyarakat. Hal tersebut disebabkan hilirisasi dapat meningkatkan lapangan pekerjaan.

Pelaksanaan hilirisasi non tambang juga sudah terlihat dari program-program pemerintahan mengingat pesta politik akan berlangsung pada 2024. Pernyataan politik pemerintahan juga telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung program hilirisasi dari berbagai sektor potensial di Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mza/mza)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular