Berkat GOTO, IHSG Ditutup Melesat 0,7%

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
08 June 2023 16:32
Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi II perdagangan Kamis (8/6/23) melesat 0,70% menjadi 6.666,33. Transaksi hari ini melibatkan sekitar19miliar sahamyang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 9,7 triliun lebih.

Hingga sore ini terdapat 316 saham yang menguat, 226 saham melemah sementara 194 lainnya stagnan.Dalam lima hari perdagangan IHSG masih terkoreksi 0,92%. Selain itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 3,37%.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, enam sektor menguat dengan sektor Energi dan Teknologi menjadi yang paling menguntungkan indeks masing-masing naik 1,3%. Adapun lima saham dengan kapitalisasi raksasa yang menjadi leader IHSG berdasarkan bobot indeks ponnya adalah sebagai berikut:

  1. PT GOTO Gojek Tokopedia Tbk (17,2)
  2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (9,2)
  3. PT Bayan Resources Tbk (3,4)
  4. PT Bank Jago Tbk (3)
  5. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (2,28)

Suku bunga The Fed masih menjadi sorotan utama yang mempengaruhi pasar Indonesia hari ini. Pasca-inflasi yang masih tinggi, pelaku pasar cenderung pesimis bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan mendatang. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia.

Sementara itu, ekonomi AS masih menghadapi tekanan dengan tingginya tingkat inflasi. Meskipun pasar tenaga kerja AS masih kuat dan prospek gaji yang kompetitif, tingginya inflasi mengindikasikan adanya risiko resesi yang tinggi. Inflasi AS pada bulan April 2023 tercatat sebesar 4,9%, yang masih di bawah target penurunan inflasi The Fed sebesar 2%. Hal ini membuat The Fed tetap waspada dan belum puas dengan penurunan inflasi saat ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar memperkirakan probabilitas kenaikan suku bunga The Fed hanya sebesar 20%, sehingga sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa suku bunga akan tetap berada pada kisaran 5% - 5,25%. Namun, jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, pasar finansial dunia dapat mengalami ketidakstabilan.

Tidak hanya masalah suku bunga di AS, perlambatan ekonomi China juga menjadi perhatian para pelaku pasar. Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China setelah pencabutan kebijakan lockdown pascapandemi Covid-19 masih belum sepenuhnya pulih. Terutama, aktivitas pabrik yang masih rendah dapat berdampak negatif terhadap ekonomi China, yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Penurunan indeks Purchasing Managers' Index (PMI) China menjadi peringatan bagi perdagangan luar negeri Indonesia. Pada bulan Mei, ekspor China turun 7,5% secara year-on-year (YoY), sementara impor turun 4,5%. Kinerja ekspor yang buruk dan penurunan impor mencerminkan permintaan yang lemah untuk barang-barang China, yang dapat berdampak pada ekspor dan impor Indonesia.

Dalam menghadapi ketidakpastian suku bunga The Fed dan perlambatan ekonomi China, pasar modal Indonesia berpotensi melemah. Investor diharapkan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan risiko-risiko yang ada dalam membuat keputusan investasi. IHSG diprediksi akan menghadapi tekanan dalam waktu dekat, terutama jika terjadi perubahan kebijakan suku bunga The Fed dan terus berlanjutnya perlambatan ekonomi China.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular