Analisa: Kas Negatif, Kok Waskita Bisa Untung 2009-2019?
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten BUMN Karya saat ini tengah berjuang menghadapi kondisi keuangan suboptimal, utamanya dari utang yang menggunung dan diperparah oleh tekanan operasional dari bisnis dengan margin minimal. Kondisi berdarah-darah tersebut akhirnya menjadi perhatian pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Terbaru sejumlah BUMN Karya diduga 'memoles' laporan keuangan agar terlihat menarik bagi para investor. Salah satu emiten yang menjadi sorotan adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), yang saat ini masih berupaya memperbaiki kinerja keuangan demi menyelesaikan permasalahan utang yang semakin hari semakin parah.
Tudingan tersebut datang dari Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi VI DPR RI. Dirinya menyebut ada ketidaksesuaian antara laporan arus kas perusahaan dengan kinerja bottom line yang dilaporkan oleh perusahaan.
"Laporan keuangan [perusahaan] tidak sesuai dengan kondisi riil. Artinya dilaporkan seolah-olah untung bertahun-tahun padahal cashflow tidak pernah positif sebetulnya," kata pria yang akrab disapa Tiko di Gedung DPR RI Jakarta, Senin (5/6).
Arus Kas Negatif
Pernyataan Wamen Tiko memang benar adanya. Waskita Karya (WSKT) tercatat tidak pernah membukukan arus kas bebas (free cash flow) positif sejak tahun 2009. Sementara itu untuk arus kas dari operasi kondisinya sedikit lebih baik dengan catatan 4 dari 11 terakhir perusahaan mampu membukukan arus kas positif.
Sebagai informasi, arus kas menjadi salah satu pertimbangan penting untuk mengukur kondisi kesehatan perusahaan dan banyak analis lebih memilih metrik ini dari pada catatan laba, yang kerap kali nilainya dipengaruhi banyak parameter akuntansi lain, misal penghasilan lain-lain hingga unrealized gain atas aset investasi.
Secara sederhana, arus kas operasi mengungkapkan berapa banyak uang yang dihasilkan oleh perusahaan dari aktivitas operasi selama periode pembukuan. Perhitungannya sangat sederhana layaknya buku kas induk yang mana berapa uang yang diperoleh dikurangi berapa banyak yang dikeluarkan perusahaan dalam periode tertentu. Tentu perusahaan dengan arus kas positif lebih disukai.
Arus kas negatif sendiri tidak serta merta berarti perusahaan rugi dalam melaksanakan bisnis, namun bisa jadi karena uangnya masih belum masuk dan tercatat sebagai piutang, yang mana ke depan dapat ditagih.
Sementara itu arus kas bebas sendiri memberikan gambaran yang lebih besar dalam mengevaluasi kesehatan perusahaan di mana angkanya diperoleh dari arus kas dari aktivitas operasi dikurangi dengan belanja modal dan dividen, apabila ada.
Meski 4 dari 11 tahun terakhir Waskita mampu mencatatkan arus kas operasi positif, namun karena belanja modal yang tinggi membuat arus kas bebas perusahaan selalu negatif.
Dalam 8 tahun terakhir, 2015 hingga 2022, atau sejak awal pemerintahan penuh Joko Widodo (Jokowi), belanja modal Waskita secara rata-rata nyaris mencapai Rp 9,54 triliun setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2009-2014, secara rata-rata belanja modal Waskita hanya Rp 121 miliar setiap tahun. Artinya selama Era Jokowi secara rata-rata belanja modal Waskita naik nyaris 78 kali.
Tingginya belanja modal ini dimotori oleh melimpahnya proyek pembangunan strategis di masa Presiden Jokowi dan juga menjadi awal mula gunung utang Waskita.
Perusahaan juga tercatat rutin membagikan dividen kepada pemegang saham sejak 2013 (tahun buku 2012) atau setahun setelah IPO hingga 2020 (tahun buku 2019).
Pembagian dividen tersebut ikut menekan arus kas bebas perusahaan.
Catatan Laba Waskita
Meski terus mencatatkan arus kas bebas negatif, banyak pihak yang menutup mata. Salah satunya dikarenakan sebelumnya secara laporan laba rugi, perusahaan rutin mencatatkan laba bersih dengan pendapatan ikut merangkak naik.
Namun kondisi berbalik signifikan kala pandemi menerjang, di mana tahun 2020 menjadi kali pertama perusahaan mencatatkan kerugian bersih dan terus mengalami kerugian hingga laporan penuh tahunan 2022.
Perusahaan memang dapat mencatatkan laba meskipun arus kas bebas perusahaan negatif setiap tahun. Hal ini dapat terjadi karena berbagai macam hal, termasuk perusahaan telah mencatatkan pendapatan di laporan laba rugi, meskipun masih belum memperoleh uang alias masih dalam bentuk piutang.
Namun, secara umum kondisi arus kas bebas negatif terus menerus dengan secara bersamaan perusahaan malah rutin mencatatkan laba, dapat menjadi tanda bahaya bagi investor. Hal ini dapat memberikan indikasi bahwa belanja modal perusahaan tidak efektif dan efisien, atau perusahaan kesulitan menagih piutang yang dimiliki.
(fsd/fsd)