OJK Proyeksi Suku Bunga AS Masih akan Naik

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Selasa, 06/06/2023 17:50 WIB
Foto: Ketua OJK Mahendra Siregar dalam Acara Konferensi Pers: Hasil Rapat Berkala I KSSK 2023 (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Keuangan RI)

Jakarta, CNBC Indonesia — Otoritas Jasa Keuangan memperkirakan The Fed masih akan mengerek suku bunga acuan. Hal ini seiring dengan meredanya tekanan perbankan global. 

"Selain itu tingkat inflasi yang tetap persistent di level tinggi dan pasar tenaga kerja AS yang masih solid diperkirakan akan dapat kembali memicu kenaikan suku bunga kebijakan AS," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Rapat Dewan Komisioner, Rabu (6/6/2023).

Sementara itu, hasil keputusan rapat FOMC pada Kamis (4/5/2023), The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% - 5,25%.


Ini menandai kenaikan suku bunga The Fed selama 10 bulan berturut-turut dan menjadi yang tertinggi sejak 2007.

Keputusan ini dilakukan the Fed sebagai langkah menjinakkan inflasi yang tinggi di tengah kondisi pasar tenaga kerja yang ketat dan sektor perbankan yang bergejolak.

Suku bunga acuan yang tinggi menjadi satu tantangan prospek ekonomi AS yang potensi mengalami resesi tahun ini. Secara kuartalan, perlambatan ekonomi sudah mulai terlihat dari GDP AS per kuartal 1-2023 yang melemah ke 1,1% dibandingkan kuartal IV-2022 di 2,6%.

Terpisah, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga The Fed telah mencapai puncaknya. Kendati demikian, Perry menilai The Fed masih akan memertahankan era suku bunga tinggi. 

Hal senada juga diperkirakan akan dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%.

Ekonom BNI SekuritasDamhuriNasution memperkirakan BI baru bisa memangkas suku bunga pada kuartal I atau II tahun depan.

Damhuri menjelaskan inflasi AS masih sulit diturunkan ke kisaran target The Fed yakni 2%. Pasar tenaga kerja AS masih panas sehingga inflasi diproyeksi masih sulit turun tajam.

Kondisi ini diperkirakan membuat the Fed cenderung mempertahankan suku bunga acuannya di level yang tinggi sampai dengan tahun 2024 mendatang.

"Ini juga berarti Bank Indonesia sulit untuk memotong bunga acuannya tahun ini, karena akan dapat berdampak negatif terhadap kurs rupiah. Suku Bunga BI-7DRR diperkirakan akan bertahan pada level 5,75% sampai akhir tahun ini, dan tampaknya akan mulai turun pada Q1 atau Q2 2024 mendatang," tutur Damhuri kepada CNBC Indonesia.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Soroti Ketahanan Bisnis Asuransi, Pembiayaan & Dapen