Kinerja IHSG Saat Tahun Pemilu Bagus, Bakal Kejadian Lagi?

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 05/06/2023 18:42 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memasuki tahun politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Secara historis, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung positif selama gelaran pemilu beberapa edisi terakhir.

Empat pemilu sebelumnya bisa dibilang menghasilkan presiden terpilih yang secara umum bisa diterima oleh pasar. Pada tahun ini sudah ada tiga nama yang sudah mengumumkan akan berlaga pada kontestasi politik pada tahun depan, yakni AniesBaswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.

Apakah tiga nama tersebut akan berhasil mengerek kinerja IHSG pada Pemilu 2024?


Sebagai informasi, selama tahun Pemilu 2004, IHSG naik 17,70%, berdasarkan hitungan per akhir 2003 hingga hari pemilihan presiden putaran kedua pada tengah September 2004.

Kemudian pada Pemilu 2009, IHSG berhasil melonjak tinggi 53,70% ke 2.083 dari Januari 2009 hingga 7 Juli 2009 atau sehari sebelum pemilihan presiden dan wakil presiden. Waktu itu, IHSG mencoba pulih dari efek Krisis Keuangan Amerika Serikat (AS) 2008. Pada akhir 2008, IHSG sempat menyentuh 1.355. Padahal, pada awal 2008, IHSG berada di posisi 2.731.

Tren positif juga terlihat pada edisi Pemilu 2014 yang mana IHSG berhasil naik 17,60%.

Kenaikan terkecil terjadi pada Pemilu 2019, ketika IHSG 'hanya' naik 4,60% atau lebih kecil dibandingkan saat pemilu-pemilu sebelumnya.

Untuk edisi pemilu tahun depan, amunisi belanja masyarakat tampaknya akan mendapat tambahan asupan dari tetesan 'uang politik' menjelang Pemilu 2024.

Catatan historis setiap jelang pemilu membuktikan demikian, bagaimana duit "promosi suara" para politisi dan partai politik membantu menggerakkan roda ekonomi.

Hitungan Mandiri Sekuritas, ada potensi tambahan uang beredar di masyarakat tahun ini yang salah satu dipicu efek kampanye, sebesar Rp 270 triliun, atau 1,3% PDB.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual menuturkan bahwa faktor dapat memberikan sumbangan sekitar 0,15% - 0,2% dari baseline pertumbuhan ekonomi.

"Terutama di 2024 karena di 2024, ada kemungkinan Pemilu sebanyak 3 kali, Pemilu Presiden, Legislatif dan putaran kedua untuk Presiden dan juga ada Pemilu Pilkada," papar David, Rabu (31/5/2023).

"Jadi baru kali ini daya dorong dari sisi kegiatan politik cukup besar, sebelumnya kita belum pernah mengalami kemungkinan sampai 3 kali," ujar David.

Oleh karena itu, David yakin dampak multiplier effect sangat signifikan. "Kita lihat dari setiap dari 5 tahun sekali kita melakukan pemilu itu cukup besar, money multiplier-nya cukup kuat," sambungnya.

Kemudian dari sisi konsumsi terutama dari lembaga non-profit akan cukup besar menyumbang pertumbuhan untuk beberapa sektor seperti retail terkait pakaian, lalu media, logistik, dan transportasi.

Sektor tersebut biasanya pertumbuhannya akan lebih cepat. Menurut David, pertumbuhan ini terlihat dari data di bursa.

Adapun untuk investasi, dia menilai penurunan tidak akan signifikan. Investor, kata David, sudah bisa memperkirakan kondisi di lapangan. "Kondisinya itu sudah bisa diperkirakan, ya mereka sudah masuk duluan, jadi mereka enggak mau ketinggalan."

Lebih lanjut, saat Pemilu, indikator kredit dan kurs atau nilai tukar umumnya baik. Alhasil, David melihat stabilitas politik Indonesia pada 20 tahun terakhir tetap terjaga. Itu adalah satu hal positif yang bisa dijual ke investor.

Oleh karena itu, sektor emiten consumer goods, ritel, hingga telekomunikasi yang punya katalis pertumbuhan di tengah sentimen jelang Pemilu 2024 diprediksi bisa tahan banting.

Akan tetapi yang jelas, dinamika politik saat ini masih sangat dinamis. Investor biasanya melihat soal kepastian aturan pasar dan kebijakan pemerintahan anyar ke depan.

Selain itu, risiko ketidakpastian global akhir-akhir ini, dengan risiko resesi global yang masih terlihat, bakal ikut memengaruhi kinerja IHSG ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor