IHSG Hari Ini Gerak Liar, Ada Ancaman Merah di Sesi II
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Senin (5/6/23). IHSG turun tipis 0,03% ke posisi 6.631,01, setelah bergerak volatil selama sesi.
Sebanyak 268 saham yang melemah, 186 saham tidak bergerak namun ada sebanyak 281 saham yang menguat.
Hingga istirahat siang, sekitar 14,7 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 838 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 8,7 triliun.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor menguat. Hanya dua sektor yang melemah dengan sektor Teknologi menjadi yang paling bawah turun 2%. Saham milik PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi laggard utama siang ini sebesar 42 indeks poin.
Sejatinya terdapat sentimen positif dibalik pelemahan IHSG pada sesi I hari ini. Salah satunya adalah pengumuman ketentuan Auto Rejection Bawah (ARB) yang baru.
Dengan adanya ketentuan ini, investor perlu melakukan persiapan dan strategi dalam berinvestasi dan trading. Terutama bagi mereka yang baru memasuki pasar saham selama pandemi Covid-19 atau sejak berlakunya ketentuan ARB sebelumnya.
Ketentuan ini dapat membuat pasar menjadi lebih agresif dan volatil, sehingga investor dapat memanfaatkan penurunan harga saham sebagai momentum pembelian saat terjadi diskon besar.
Selain itu, hari ini juga diumumkan data inflasi Indonesia untuk periode Mei 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Proyeksi inflasi menunjukkan penurunan seiring melemahnya permintaan pasca Ramadan dan Lebaran. Meskipun demikian, beberapa komoditas pangan masih menunjukkan kenaikan harga setelah Lebaran.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, inflasi Mei 2023 diperkirakan mencapai 0,29%, lebih tinggi daripada April 2023 yang tercatat sebesar 0,33%.
Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, inflasi diproyeksikan lebih rendah dengan angka 4,20% dibandingkan dengan 4,33% pada April.
Jika inflasi benar-benar melandai ke level 4,20%, itu akan menjadi angka terendah dalam setahun terakhir. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh dampak yang semakin berkurangnya kenaikan harga bahan bakar minyak pada September tahun sebelumnya.
Inflasi inti juga diperkirakan akan melandai menjadi 2,8% (year on year) pada Mei 2023 dari 2,83% pada April 2023.
Selain itu, hari ini juga dijadwalkan rilis Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Mei 2023 oleh S&P Global. Pada periode April 2023, PMI manufaktur mengalami peningkatan sebesar 0,8 poin ke level 52,7. Peningkatan ini didorong oleh permintaan domestik yang terus menguat.
Kondisi ekspansi pada PMI manufaktur Indonesia sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April yang telah dirilis sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian.
Dengan adanya hasil positif dari PMI dan IKI, pelaku industri dan investor di Indonesia tetap optimistis dan percaya diri dalam menjalankan usahanya.
Mereka memiliki keyakinan besar terhadap kondisi pasar yang semakin membaik, didukung oleh berbagai program dan kebijakan pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Upaya pemerintah untuk memperkuat permintaan pasar domestik melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) juga menjadi faktor penting dalam mendukung sentimen positif pada IHSG.
Program ini berfokus pada optimalisasi penggunaan produk dalam negeri dalam proses pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah pusat dan daerah, BUMN, dan BUMD.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG membentuk gap-up di awal perdagangan berdasarkan grafik 1 jam. Gap tersebut bisa rawan ditutup dan menyebabkan koreksi lebih lanjut.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI berada di angka 46,49.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD memotong dari bawah garis sinyal, mengindikasikan adanya golden cross.
Pada sesi II, IHSG masih berpotensi bergerak volatil dan melemah apabila ditutup di bawah 6.634. Sementara, apabila sanggup berada di atas 6.634, IHSG berpotensi menatap resistance 6.660.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mkh/mkh)