Kacau! IHSG Kembali Dibuka Merah, Melemah 6 Hari Beruntun

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Senin, 05/06/2023 09:09 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (5/6/23) dibuka melemah 0,17% menjadi 6.621,76. Pengumuman ketentuan ARB, data inflasi Indonesia dan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Mei 2023 menjadi sentimen utama hari ini.

Pada pukul 09.03, IHSG terus melemah 0,29% ke level 6.613,76. Perdagangan menunjukkan terdapat 180 saham turun, 188 saham naik sementara 236 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 3 miliar saham terlibat dengan nilai perdagangan sudah mencapai Rp 1,6 triliun.


 

Per hari ini, ada peraturan baru mengenai Auto Rejection Bawah (ARB) 15%, dengan batas yang masih sama dengan ARA 35% untuk saham di kisaran harga Rp50-Rp200, 25% bagi saham di rentang Rp2.000-Rp5.000, dan 20% bagi saham dengan harga di atas Rp5.000 per lembar saham.

Seiring berlakunya ketentuan ARB 15%, investor perlu melakukan sejumlah persiapan dan strategi dalam berinvestasi dantrading. Terutama berlaku bagi investor yang baru masuk ke bursa saham di masa pandemi Covid-19 atau sejak berlakunya ARB 7%.

Dengan ketentuan ini biasanya market akan menjadi lebih agresif dan pasar akan lebihvolatilekarena penurunan tersebut bisa dimanfaatkan untuk momentum pembelian saat diskon besar. Yang dimana memang sejak awal ketentuan ARB sama dengan ketentuan besarnya ARA.

Selain itu, hari ini juga ada pengumuman Inflasi Indonesia periode Mei 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi Indonesia diproyeksi melandai sejalan dengan melemahnya permintaan usai Ramadan dan Lebaran. Namun, ada beberapa komoditas pangan yang harganya tetap melambung usai Lebaran.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Mei 2023 akan menembus 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi akan lebih tinggi dibandingkan pada April 2023 yang tercatat 0,33%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 4,20% pada Mei. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada April yang tercatat 4,33%.

Jika inflasi melandai ke 4,20% maka itu akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022 atau setahun terakhir. Secara tahunan, inflasi akan melandai karena semakin berkurangnya dampak kenaikan harga BBM pada September tahun lalu.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan melandai menjadi 2,8% (yoy pada Mei dari 2,83% (yoy) pada April 2023.

Inflasi Mei akan melandai sejalan dengan pola musimannya di mana harga barang biasanya akan terjun setelah Lebaran. Bahkan, tak jarang jika satu bulan setelah Lebaran biasanya terjadi deflasi. Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada 21/22 April.

Secara historis, inflasi pada Mei (mtm) biasanya meningkat setelah melandai pada April. Dalam lima tahun terakhir, inflasi Mei (mtm) mencapai 0,34%.

Selain itu, hari ini, S&P Global akan merilis Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Mei 2023.

Diketahui Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April 2023 mengalami kenaikan sebesar 0,8 poin ke level 52,7. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 lalu berada di angka 51,9.

Perbaikan kondisi bisnis ini ditopang oleh permintaan domestik yang terus menguat.

Kondisi ekspansi pada PMI manufaktur Indonesia tersebut sesuai dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April yang telah dirilis sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian. IKI di bulan keempat tahun ini menembus angka 51,38.

Dengan terlihatnya hasil PMI dan IKI yang berada di posisi ekspansi, artinya para pelaku industri dan investor di Indonesia tetap optimistis dan percaya diri dalam menjalankan usahanya. Selain itu, mereka punya keyakinan besar terhadap kondisi pasar yang semakin membaik, dengan didukung berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Guna lebih memperkuat permintaan pasar domestik, Kemenperin fokus untuk mengoptimalkan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), termasuk pada proses pengadaan barang dan jasa di pemerintah pusat dan daerah serta BUMN dan BUMD.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat