Investor Simak! Ini yang Bikin IHSG Volatile Mulai Besok

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
04 June 2023 19:15
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (31/5/2023) ditutup di zona merah 0,05% di level 6.633. Koreksi yang lebih rendah saat penutupan perdagangan Rabu kemarin setelah salah satu emiten teknologi dengan market cap yang besar yakni saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melesat dengan Auto Rejection Atas (ARA) menjelang penutupan perdagangan di sesi kedua dengan naik 34,86% di posisi Rp147 per lembar saham.

Mulai Senin esok, 5 Juni 2023, ada peraturan baru mengenai Auto Rejection Bawah (ARB) 15%, dengan batas yang masih sama dengan ARA 35% untuk saham di kisaran harga Rp50-Rp200, 25% bagi saham di rentang Rp2.000-Rp5.000, dan 20% bagi saham dengan harga di atas Rp5.000 per lembar saham.

Seiring berlakunya ketentuan ARB 15%, investor perlu melakukan sejumlah persiapan dan strategi dalam berinvestasi dan trading. Terutama berlaku bagi investor yang baru masuk ke bursa saham di masa pandemi Covid-19 atau sejak berlakunya ARB 7%.

Dengan ketentuan ini biasanya market akan menjadi lebih agresif dan pasar akan lebih volatile karena penurunan tersebut bisa dimanfaatkan untuk momentum pembelian saat diskon besar. Yang dimana memang sejak awal ketentuan ARB sama dengan ketentuan besarnya ARA.

Selain itu, pada Senin (5/6/2023) adalah hari pengumuman Inflasi Indonesia periode Mei 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi Indonesia diproyeksi melandai sejalan dengan melemahnya permintaan usai Ramadan dan Lebaran. Namun, ada beberapa komoditas pangan yang harganya tetap melambung usai Lebaran.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Mei 2023 akan menembus 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi akan lebih tinggi dibandingkan pada April 2023 yang tercatat 0,33%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 4,20% pada Mei. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada April yang tercatat 4,33%.

Jika inflasi melandai ke 4,20% maka itu akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022 atau setahun terakhir. Secara tahunan, inflasi akan melandai karena semakin berkurangnya dampak kenaikan harga BBM pada September tahun lalu.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan melandai menjadi 2,8% (yoy pada Mei dari 2,83% (yoy) pada April 2023.

Sementara itu, inflasi Mei akan melandai sejalan dengan pola musimannya di mana harga barang biasanya akan terjun setelah Lebaran. Bahkan, tak jarang jika satu bulan setelah Lebaran biasanya terjadi deflasi. Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada 21/22 April.

Secara historis, inflasi pada Mei (mtm) biasanya meningkat setelah melandai pada April. Dalam lima tahun terakhir, inflasi Mei (mtm) mencapai 0,34%.

Namun, dengan momen Ramadan dan Lebaran sudah berlalu maka permintaan biasanya melandai. Pengecualian terjadi pada tahun lalu karena krisis minyak goreng.

Jika inflasi melandai, biasanya akan disambut baik para pelaku pasar yang menandakan harga bahan pokok akan turun dan Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga.

Hal ini dapat membuat beberapa sektor menguat terutama yang rentan terhadap kenaikan suku bunga dan harga barang yang membuat penjualan mereka menurun.

Selain itu, besok pada Senin (5/6/2023) S&P Global akan merilis Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Mei 2023.

Diketahui Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April 2023 mengalami kenaikan sebesar 0,8 poin ke level 52,7. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 lalu berada di angka 51,9.

Perbaikan kondisi bisnis ini ditopang oleh permintaan domestik yang terus menguat.

Kondisi ekspansi pada PMI manufaktur Indonesia tersebut sesuai dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April yang telah dirilis sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian. IKI di bulan keempat tahun ini menembus angka 51,38.

Dengan terlihatnya hasil PMI dan IKI yang berada di posisi ekspansi, artinya para pelaku industri dan investor di Indonesia tetap optimistis dan percaya diri dalam menjalankan usahanya. Selain itu, mereka punya keyakinan besar terhadap kondisi pasar yang semakin membaik, dengan didukung berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Guna lebih memperkuat permintaan pasar domestik, Kemenperin fokus untuk mengoptimalkan program Peningatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), termasuk pada proses pengadaan barang dan jasa di pemerintah pusat dan daerah serta BUMN dan BUMD.

Bukan hanya Indonesia saja, Amerika Serikat (AS) juga akan merilis Purchasing Manager's Index (PMI) esok hari.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular