Aroma Kebangkrutan AS Kian Nyata, Harga Emas Kian Bersinar

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 01/06/2023 07:20 WIB
Foto: Zlaťáky.cz/Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terpantau naik di tengah gonjang-ganjing ekonomi Amerika Serikat (AS) ditambah plafon utang pemerintah AS yang tak berjalan mulus.

Pada penutupan perdagangan kemarin Rabu (31/5/2023) harga emas di pasar spot berakhir menguat 0,16% di posisi US$ 1.958,79 per troy ons. Penguatan kemarin melanjutkan penguatan hari sebelumnya di mana emas menguat 0,83%.

Berdasarkan pantauan Tim Riset, pagi ini harga emas kembali melanjutkan lonjakan. Pada perdagangan Kamis (1/6/2023) pukul 06:00 WIB, harga emas ada dibanderol US$ 1.965,69 per troy ons. Harganya menguat 0,17%.


Pasar saat ini melihat pemungutan suara mengenai kenaikan plafon utang pemerintah AS akan alot.

Seperti diketahui, kongres AS akan menggelar pemungutan suara pada hari ini dan diperkirakan selesai pada Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Presiden AS Joe Biden danPartai Republik memang dikabarkanpada prinsipnya telah sepakat untuk menaikkan plafon utang dan batas pengeluaran negara agar mencegah terjadinya default (gagal bayar).

Namun, apapun bisa terjadi pada pemungutan suara mengingat ketatnya kursi Kongres AS.Partai Republik menguasai 222 kursi di Kongres AS sementara Partai Demokrat sebanyak 213 kursi.

Sekitar 20 perwakilan Partai Republik, kemarin, secara terang-terangan menentang kenaikan plafon utang.

Sebagaimana diketahui bahwa Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengingatkan plafon utang sudah harus disepakati paling terlambat 5 Juni atau Senin pekan depan untuk menghindari AS dari gagal bayar


"Ketegangan" dan ketidakpastian menjelang pemungutan suara inilah yang menguntungkan emas.

Emas adalah aset aman yang dicari di saat ketidakpastian meningkat.

Selain itu, pasar juga khawatir dengan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).Pasar bertaruh 68,8% jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.

Jika The Fed masih melanjutkan kebijakanhawkishnya maka emas bisa melemah.

Di tengah dukungan dari imbal hasil yang lebih rendah dan tekanan dari dolar serta data pekerjaan yang relatif kuat, kekhawatiran tentang kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut jelas akan memiliki kecenderungan untuk menekan emas

Namun di sisi lain, data PMI malah bakal bisa menarik ke arah yang berlawanan.

Indeks dolar menuju kenaikan bulanan, membuat bullion kurang menarik bagi pembeli luar negeri.

"The Fed tetap saja menjadi fokus utama investasi. The Fed tengah dihadapkan pada pilihan sulit apakah akan tetap menaikkan satu atau dua kali atau wait and see," ujar Brian Price, analis Commonwealth Financial Network, dikutip dari Reuters

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.comm


(aum/aum)