China Bisa Beri Kabar Buruk, Semoga Rupiah Kuat
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah lagi-lagi melemah sebesar 0,11% menjadi Rp14.980/US$ di pasar spot Selasa kemarin. Dengan demikian sudah melemah lima hari beruntun dan sepanjang Mei Mata Uang Garu sudah merosot hingga 2,15%.
Rupiah melemah karena ada beberapa ketidakpastian yang masih mewarnai pasar terutama dari pasar global, salah satunya adalah pada siang ini, Rabu (31/5/2023) akan ada rilis data manufaktur China oleh NBS yang diperkirakan masih berada di zona kontraksi.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun Trading Economics, manufaktur China akan berada di level 49,4. Apabila memang terjadi sesuai perkiraan,ini akan menjadi bulan kedua secara berurutan aktivitas manufaktur China terkontraksi.
Manufaktur China penting diperhatikan baik untuk pasar saham dan keuangan, mengingat negara asal panda tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia, sehingga jika aktivitas manufaktur mereka lesu tentunya ini akan berdampak pada ekspor dan impor barang kita.
Selain itu, dari Amerika Serikat (AS) pelaku pasar juga masih menanti persetujuan kongres terkait kesepakatan naiknya pagu utang. Kesepakatan ini setidaknya bisa menjadi pemanis di pasar dan mengurangi kekhawatiran akan risiko gagal bayar pemerintah AS. Hal ini tampak dari bond yield 10 tahunan AS yang sudah mulai turun ke 3,69%, setelah menyentuh 3,85% dan tercatat sudah naik 0,12% dalam sebulan terakhir.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal menggunakan time line hourly, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini masih berada di atas rata-rata pergerakan 20 dan 50 hari (Moving Average/ MA 20 dan MA 50) atau di posisi Rp14.980/US$.Menggunakan level psikologis resistance terdekat yang potensi diuji di posisi sekitar Rp15.000/US$.
Sementara itu indikator Relative Strength Index (RSI) pada grafik per jam sudah berada di wilayah jenuh beli atau overbought di posisi 63,88. Sebagai informasi, RSI merupakan leading indicator yang mengawali pergerakan harga, apabila mendekat wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Maka dari itu, rupiah yang masih berada di bawah resistance Rp15.000/US$ dan sudah di wilayah overbought membuka peluang rupiah bisa menguat. Posisi MA20 di kisaran US$ 14.960 menjadi support terdekat yang potensi diuji pada pekan ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(tsn/tsn)