Pertumbuhan Kredit dan DPK Makin Loyo, Duitnya Lari ke Mana?

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
30 May 2023 13:40
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan kredit bank tercatat melambat. Memasuki awal kuartal II/2023 atau April kredit hanya tumbuh 8,08% secara tahunan (yoy), terendah sejak Maret 2022 atau setahun terakhir. Dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan kredit April 2023 melambat cukup signifikan atau turun dari 9,37% yoy.

Sama halnya dengan dana pihak ketiga (DPK) per April 2023 yang menurut catatan Bank Indonesia (BI) hanya tumbuh 7% secara tahunan, turun tipis dari sebulan sebelumnya 7,2% yoy.

Bila dibandingkan dengan posisi awal tahun, pertumbuhan kredit dan DPK pada awal kuartal I/2023 terbilang melambat. Pada Januari pertumbuhan kredit mencapai lebih dari 10% yoy, sementara DPK sebesar 8,5% yoy.

Menanggapi hal tersebut, Presiden DirekturCIMBNiaga LaniDarmawanmengatakan pelaku usaha masih 'wait and see' seiring dengan era suku bunga tinggi. Dari sisi perbankan, dia memastikan likuiditas masih longgar untuk menyokong pertumbuhan kredit.

"Data terlihat belanja investasi hanya tumbuh 2%-an dan rumah tangga hanya 4%. Kami perkirakan menjelang Q3 ini akan lebih bergairah," katanya saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Selasa (30/5/2023).

Selaras, bankir Taswin Zakaria mengakui bahwa pertumbuhan kredit dan DPK memang melambat pada April 2023. Namun dia sepakat dengan Lani bahwa likuditas dalam kondisi aman untuk menjaga ekspansi pembiayaan.

Taswin menilai melambatnya pertumbuhan kredit dan DPK bisa jadi juga karena hari kerja pada April pendek karena adanya libur Lebaran. Selain itu realisasi belanja anggaran pemerintah juga masih terbilang rendah.

"Hal lain mungkin juga karena belanja anggaran juga masih rendah serapannya dibanding penerimaan [30% versus 41% penerimaan] hingga April kemarin," tambah Presiden Direktur Maybank Indonesia itu saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (30/5/2023).

Sementara itu, pengamat perbankan Paul Sutaryono menyebut bahwa pertumbuhan kredit menunjukkan peran sentral perbankan dalam dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menyebut peran sentral itu diwujudkan dalam penyaluran kredit perbankan yang tumbuh sampai 9% per Maret 2023, turun sedikit dari sebulan sebelumnya yang tembus 10%.

Paul menyebut pertumbuhan kredit itu ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 11,40%. Pertumbuhan itu, katanya, lebih subur daripada pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi yang masing-masing 9,52% dan 9,20%.

"Artinya, perbankan nasional makin mampu mendorong kinerja dunia usaha," kata mantan Assistant Vice President BNI saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (30/5/2023).

Akan tetapi tak bisa dipungkiri pertumbuhan DPK kian menipis. Jadi ke mana kah dana itu pergi?

Dari sisi bisnis, Paul melihat kemungkinan besar aliran dana itu dicairkan untuk menjalankan bisnis baru atau untuk investasi atau perluasan bisnis.

"Mengapa? Karena aturan PPKM sudah dicabut Presiden pada 30 Desember 2022. Artinya, mobilitas orang semakin leluasa sehingga dunia bisnis semakin bergairah," pungkasnya.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah memandang bahwa perlambatan pertumbuhan kredit ini terutama disebabkan oleh penyaluran kredit di sektor UMKM. Ia menyoroti pertumbuhan kredit UMKM yang sebelumnya di bulan Maret tumbuh 8,5% turun menjadi 6,6%.

"Dari sisi demand pelaku UMKM mengerem permintaan kreditnya menyesuaikan dengan laju pulihnya ekonomi. Mereka masih membutuhkan kredit karena usaha mereka secara berangsur pulih. Tapi kecepatan pulihnya tidak cukup cepat. Mereka harus menyesuaikan. Kita paham perilaku UMKM umumnya konservatif," ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (30/5/2023).

Sementara itu dari sisi suplai, kata Piter, perbankan tidak segera mengenjot penyaluran kredit, karena bank sangat selektif menyalurkan kredit dan secara bertahap mengurangi kredit-kredit yang direstrukturisasi.

"Fokus perbankan saya kira lebih kepada kualitas ketimbang kuantitas. Perilaku bank ini menurut saya tercermin pada pertumbuhan kredit yang tidak jor-joran," katanya.

Ia mengatakan bank-bank besar dapat melakukan seleksi penyaluran kredit secara ketat karena mereka masih memiliki sumber-sumber keuntungan lain di luar kredit, yaitu fee based income dan surat-surat berharga.

Lebih lanjut, Piter memandang bahwa perlambatan pertumbuhan kredit ini memang tidak sesuai perkiraan, tetapi tidak mengkhawatirkan.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kredit Bank Loyo Saat Lebaran 2023, Ga Bahaya Ta?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular