IHSG Sesi I Kebakaran, Emiten Batu Bara Jadi Beban
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat menguat di awal sesi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Senin (29/5/23) berbalik arah. IHSG anjlok 0,68% ke level 6641,24.
Hingga istirahat siang, sekitar 12,5 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 776 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 4,5 triliun.
Hampir 350 saham terkoreksi tepatnya 348 saham, sebanyak 198 saham stagnan dan hanya 182 saham yang menguat.
Beberapa saham dengan kapitalisasi raksasa terpantau membebani IHSG. Adapun berdasarkan bobot indeks poinnya, saham-saham pemberat (laggard) utama IHSG siang ini adalah sebagai berikut:
1. PT Bayan Resources Tbk (-14,85)
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (-9,15)
3. PT Bank Central Asia Tbk (-3,51)
4. PT Astra International Tbk (-3,48)
5. PT Bumi Resources Tbk (-1,68)
Selain itu, menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv tujuh dari total sektor melemah. Sektor Energi menjadi sektor yang paling merugikan indeks turun 3%.
Saham energi terutama batubara yang membebani IHSG hari ini disebabkan karena masih lesunya harga acuan batubara hingga pekan lalu.
Cuaca di Eropa dan Asia yang membaik, harga gas yang juga terkoreksi, dan lesunya permintaan di Eropa menjadi penyebab masih lesunya harga batu bara dunia.
Pasar ekuitas Indonesia terkoreksi meski ada kabar baik seputar pembahasan plafon utang AS, di mana pembahasan tersebut sudah mengalami kemajuan.
Dalam beberapa waktu terakhir, Presiden AS Joe Biden dan Anggota Kongres Utama dari Partai Republik, Kevin McCarthy telah sepakat untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal menjadi US$ 31,4 triliun, mengakhiri kebuntuan yang berlangsung selama berbulan-bulan terkait debt ceiling. Namun, kesepakatan ini masih belum diputuskan secara final.
Menurut laporan Reuters, McCarthy mengungkapkan bahwa negosiasi masih berlangsung dan belum mencapai keputusan akhir.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah memperpanjang batas waktu penetapan gagal bayar utang pemerintah dari tanggal 1 Juni menjadi 5 Juni 2023. Hal ini memberikan harapan adanya penyelesaian yang dapat menghindari skenario gagal bayar (default).
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(mkh/mkh)