
Breaking! IHSG Ambruk 1% Lebih, Ini Dia Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi dalam atau ambles lebih dari 1% pada perdagangan sesi pertama Senin (25/9). Hal ini terjadi meski di awal perdagangan IHSG sempat dibuka hijau setelah titik terang dari kenaikan pagu utang AS mulai terlihat.
Pada pukul 11.04 WIB, IHSG tercatat melemah 1,02% ke 6.618,48. Total transaksi mencapai Rp 3,4 triliun dan melibatkan 9,2 miliar saham dan berpindah tangan 643 ribu kali.
Sektor energi kembali menjadi biang kerok pelemahan IHSG dan tercatat melemah nyaris mencapai 3%. Meski demikian hari ini seluruh sektor IHSG tak ada satu pun yang bergerak di zona hijau.
Harga saham batu bara RI telah ambruk sejak awal tahun mengikuti pelemahan harga batu bara global karena kondisi pasokan dan permintaan yang mulai kembali normal seperti sebelum perang antara Ukraina dan Rusia meletus.
Saat ini harga batu bara berada di level US$ 140/ton turun signifikan dari harga tertinggi awal September tahun lalu yang mencapai US$ 464/ton.
Mayoritas saham batu bara yang menguat tajam tahun lalu, mulai kehilangan tenaga dan menjadi pemberat utama kinerja IHSG tahun ini.
Selain itu, kinerja saham sektor finansial, khususnya perbankan raksasa yang juga diperdagangkan di zona merah ikut memperparah pelemahan IHSG hari ini. Dua bank terbesar RI yang memiliki bobot terbesar di indeks hari ini juga diperdagangkan di zona merah.
Saham Bank Central Asia (BBCA) tercatat melemah 0,27%, sedangkan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 1,79%.
Bayan Resources (BYAN) menjadi emiten pemberat utama kinerja indeks hari ini dengan pelemahan lebih dari 4%. Kemudian ada BBRI yang menyeret penurunan 12,25 indeks poin pagi ini.
Kemudian tiga saham lain yang membebani kinerja IHSG pagi ini adalah Adaro Energi Indonesia (ADRO), Telkom Indonesia (TLKM) dan Astra Internasional (ASII).
Sebelumnya, bursa Asia ramai-ramai dibuka di zona merah menyusul kabar baik seputar pembahasan plafon utang AS, di mana pembahasan tersebut sudah mengalami kemajuan.
Dalam beberapa waktu terakhir, Presiden AS Joe Biden dan Anggota Kongres Utama dari Partai Republik, Kevin McCarthy telah sepakat untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal menjadi US$ 31,4 triliun, mengakhiri kebuntuan yang berlangsung selama berbulan-bulan terkait debt ceiling. Namun, kesepakatan ini masih belum diputuskan secara final.
Menurut laporan Reuters, McCarthy mengungkapkan bahwa negosiasi masih berlangsung dan belum mencapai keputusan akhir.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah memperpanjang batas waktu penetapan gagal bayar utang pemerintah dari tanggal 1 Juni menjadi 5 Juni 2023. Hal ini memberikan harapan adanya penyelesaian yang dapat menghindari skenario gagal bayar (default).
Saham energi terutama batu bara yang membebani IHSG hari ini disebabkan karena masih lesunya harga batu bara acuan hingga pekan lalu.
Cuaca di Eropa dan Asia yang membaik, harga gas yang juga terkoreksi, dan lesunya permintaan di Eropa menjadi penyebab masih lesunya harga batu bara dunia.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat