IHSG Kurang Tenaga, Hari Ini Ditutup 0,26%
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi II perdagangan sore ini, Jumat (26/5/23) turun 0,26% menjadi 6.687. Hari ini, pelaku pasar Indonesia terus mencermati perkembangan negosiasi plafon utang pemerintah Amerika Serikat (AS) dan rilis Personal Consumption Expenditures (PCE) nanti malam.
Hari ini IHSG sempat menguat di awal sesi I bahkan menyentuh level tertinggi di 6.727,28, namun IHSG kemudian berbalik hingga ditutup koreksi. Dengan demikian IHSG masih melanjutkan tren pelemahan kemarin sehingga dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 0,20%. Selain itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 2,39%.
IHSG melandai kali ini didorong oleh turunnya 324 saham, sedangkan hanya 209 saham stagnan dan hanya menyisakan 204 saham yang menguat.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, sebagian besar sektor melemah dengan sektor Energi masih menjadi sektor yang paling membebani indeks dari sesi I yakni drop 2,76%.
Saham emiten batubara milik PT Bayan Resources menjadi beban paling berat mencapai 14,37 indeks poin disusul PT GoTo Gojek Tokopedia 13,4 indeks poin. Selain itu PT Bank Mandiri juga menjadi pemberat sebesar 4,7 indeks poin. Berikutnya, PT Bank Jago dan PT United Tractors berkontribusi negatif masing-masing 1 indeks poin lebih.
Hingga perdagangan ditutup, terdapat 21,5 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat hampir mencapai Rp. 9,2 triliun.
Berdasarkan laporan Reuters yang dikutip pada Kamis kemarin, terdapat perkembangan positif dalam perundingan antara Gedung Putih dan perwakilan Partai Republik mengenai peningkatan plafon utang AS.
Ketua DPR AS asal Partai Republik, Kevin McCarthy, menyatakan bahwa kesepakatan masih memungkinkan sebelum Juni.
McCarthy mengungkapkan keyakinannya setelah pertemuan selama empat jam antara perunding yang dipilihnya dan Presiden AS, Joe Biden.
Meskipun Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah memperingatkan tentang potensi kehabisan uang untuk membayar tagihan-tagihan pada awal Juni, McCarthy optimis bahwa kesepakatan masih bisa dicapai.
Selain itu, rilis data indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) AS oleh Biro Analisis Ekonomi (BEA) pada Jumat malam juga menjadi fokus perhatian pasar.
Data PCE inti yang akan dirilis dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Federal Reserve.
PCE inti, yang tidak termasuk item makanan dan energi yang volatil, diproyeksikan naik 0,3% dari bulan sebelumnya dan 4,6% secara tahunan. Kenaikan tersebut bisa mempengaruhi keputusan Federal Reserve dalam menaikkan atau menunda suku bunga pada rapat tengah Juni.
Para ekonom memperingatkan bahwa kegagalan dalam mencapai kesepakatan plafon utang AS bisa memicu resesi di AS, meningkatkan biaya pembiayaan dan suku bunga pinjaman, serta berdampak negatif pada ekonomi global.
Investasi dan pasar keuangan di Indonesia, termasuk IHSG cenderung akan terpengaruh oleh perkembangan negosiasi plafon utang AS dan rilis data PCE AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(mkh/mkh)