
Komitmen 51 Tahun Bluebirds Menjaga Hati Masyarakat

Jakarta, CNBC Indonesia - Zaman tidak bisa dilawan, perubahan dan perkembangan adalah sebuah keniscayaan, tak terkecuali dalam dunia bisnis. Perusahaan yang paling peka dengan kondisi riil terkini pastinya akan leading dan bisa merebut hati konsumen.
Tidak bisa dipungkiri, cara yang paling ampuh dalam menyerap aspirasi adalah dengan terjun langsung ke lapangan. Terlebih untuk bisnis di bidang jasa seperti transportasi. Kita tidak bisa mendapatkan masukan atau melakukan pengembangan hanya dengan menerima laporan di meja kerja atau berdiam diri di kantor dengan segala hirarki birokrasi dan jabatan yang banyak menimbulkan distorsi.
Untuk menjadi pemain transportasi yang aman, nyaman, mudah dan personalise (ANDAL) sesuai dengan kebutuhan konsumen para pemangku kepentingan harus berani kotor dan menyerap langsung input yang dibutuhkan ke medan bisnis, dalam hal ini turun ke jalan. Hal itu lah yang dilakukan Bos Bluebird Sigit Priawan Djokosoetono. Ia menanggalkan jabatan direktur utama yang melekat, menyingkirkan semua laporan dari bawahan yang masuk dan merasakan sendiri apa yang dialami para sopir taksi yang bekerja untuk perusahaannya.
Rutinitas ini telah dilakukannya sejak lama, bukan hanya untuk mengetahui apa yang diperlukan oleh sopir dan masukan-masukan mereka yang mungkin selama ini sulit sampai ke pimpinan. Tapi juga mengecek langsung fasilitas si burung biru, terutama menggali langsung respon dari ujung tombak bisnisnya, yakni penumpang.
Sebagai bentuk komunikasi kepada masyarakat, Bluebird tentu harus tetap relevan dengan generasi masa kini yaitu Milenial dan Gen Z serta dapat menyesuaikan layanannya dengan perkembangan zaman. Untuk itu, Rabu (24/5/2023) menjadi hari yang penting bagi Sigit. Sedari pagi pukul 07:00 WIB dirinya sudah bersiap mengenakan seragam sopir burung biru dan memulai misinya mengembangkan Bluebird dari sisi hilir.
Aksinya menyamar sebagai sopir taksi di hari itu bahkan viral dan mendapat respon yang masif dari berbagai kalangan dan bahkan netizen. Banyak yang mengapresiasi kebiasaannya itu sebagai contoh pemimpin yang mengerti pasar. Merunduk, blusukan dan menggali langsung informasi dari sumber pertama.
Saat berkunjung ke CNBC Indonesia Kamis (25/05/2023), Sigit mengaku itu memang sudah direncanakan sejak lama, namun karena kesibukan baru bisa dilakukan di hari itu. Pasca Pandemi Covid-19 banyak perubahan yang dialami oleh dunia bisnis, apalagi sektor transportasi yang merupakan salah satu sektor yang paling banyak terdisrupsi.
"Awalnya kita fokus melakukan pembenahan di internal, setelah itu kita ingin mengetahui seperti apa sih kondisi di lapangan," ujar Sigit, kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/5/2023).
Dirinya mulai narik taksi sejak pukul 07:00 pagi hingga jam 20:00 malam. Selama satu hari berkeliling kota Jakarta, Sigit mengaku mendapatkan 11 penumpang, dan ikut mengantri di beberapa tempat, serta merasakan makanan dan minuman sopir.
"Saya ngantri di Kokas, sampai setengah jam. Biasa sibuk, bingung juga setengah jam Nggak ngapa-ngapain. Saya sempat ngantri di PP juga, Thamrin City, awalnya mau ke GI, karena kita tahu ada tempat kita di sana, tapi nggak tahu masuknya dari mana. Pas tanya supir, disahutin udah penuh Pak," katanya sambil tertawa.
Tak hanya merasakan jadi supir, Sigit juga mencicipi kehidupan para sopir seperti memakan gorengan dan kopi starling yang identik dengan tukang kopi keliling menggunakan sepeda, langganan para sopir taksi kala sedang mangkal.
Sigit menceritakan saat menjadi supir taksi selama 12 jam, dia mendapatkan banyak masukan dan curhatan dari para driver di lapangan. Seperti permintaan untuk memperbaiki fasilitas di pangkalan sampai kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Misalnya ada yang tempat duduk harus ditingkatkan kualitasnya, itu sesuatu yang perlu diperbaiki, kami terus memikirkan bagaimana caranya memanusiakan pengemudi-pengemudi kami," ujarnya.
Sigit membagikan momen mencari penumpang dengan ngetem di wilayah Epicentrum, Mal Kota Kasablanka, hingga sampai di Mall Pacific Place. Ia bercerita telah mengangkut 6 penumpang, namun melewatkan 2 orderan.
"Haus juga nih siang-siang adem hari ini padahal. Udah 6 tamu naik. Kelewat 2 orderan, bukan rezeki," tulis Sigit, sembari menyertakan foto sedang minum.
Tak heran, pakem pemimpin turun ke lapangan yang diinisiasi Sigit ini membuat Bluebird menjadi penguasa pasar di industri taksi selama puluhan tahun. Bahkan tidak hanya taksi, perusahaannya pun merambah bisnis travel Jakarta - Bandung, sewa mobil biasa hingga premium, hingga lelang mobil yang membuat ekosistem bisnisnya sangat lengkap dan komprehensif.
Selama 51 tahun berdiri, bisnis Bluebird melayani semua lapisan masyarakat dan tertancap kuat di hati masyarakat kalau kita berbicara taksi. Kualitas layanannya yang prima, serta kondisi armadanya yang aman dan nyaman, menjadi senjata utama yang dijaga dari setiap generasi hingga kini. Tidak banyak perusahaan transportasi yang dapat bertahan selama itu dan mempertahankan kualitas.
Presiden Amerika Serikat (AS) ke-32 Franklin D. Roosevelt, pernah berkata, ada elemen dalam penyesuaian kembali sistem keuangan kita yang lebih penting daripada mata uang, lebih penting daripada emas, dan itu adalah kepercayaan rakyat. Mungkin jiwa inilah yang dirasakan Sigit dan segenap punggawa Bluebird dalam menjalankan bisnisnya, tidak melulu soal untung, tapi bagaimana menjaga kepercayaan konsumen dan tumbuh bersama sebagai suatu kesatuan yang selaras.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Viral! Aksi Bos Blue Bird Turun Gunung Narik Taksi
