Dua Hari Saham Petrosea Ambles & Sentuh ARB, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bidang kontrak pertambangan milik Haji Romo Nitiyudo Wachjo atau Haji Robert yakni PT Petrosea Tbk (PTRO) terpantau ambles dan sudah menyentuh auto reject bawah (ARB) pada perdagangan sesi I Jumat (26/5/2023).
Per pukul 10:21 WIB, saham PTRO ambles 6,93% ke posisi Rp 4.770/saham. Saham PTRO sudah menyentuh ARB sejak awal perdagangan sesi I hari ini.
Saham PTRO sudah ditransaksikan sebanyak 82 kali dengan volume sebesar 63.200 lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 301,46 juta. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 4,81 triliun.
Hingga pukul 10:21 WIB, di order offer atau jual, terdapat 56.805 lot antrian di harga Rp 4.770/saham atau sekitar Rp 27,1 miliar, sekaligus menjadi antrian jual terbanyak pada hari ini.
Sementara di order bid atau beli, belum ada antrian yang tertera kembali, menandakan bahwa saham PTRO sudah menyentuh ARB.
Saham PTRO diketahui sudah mencetak ARB sejak perdagangan Kamis kemarin, di mana saham PTRO ditutup ambles 6,82% kemarin. Dalam sepekan terakhir, saham PTRO ambrol 10%.
Belum diketahui secara pasti penyebab saham PTRO ambles dan menyentuh ARB selain karena aksi profit taking. Namun, koreksinya saham PTRO terjadi di tengah masih berlangsungnya periode pembagian dividen perseroan.
Pada hari ini merupakan recording date atau pencatatan nama pemegang saham yang berhak menerima dividen PTRO. Sehari sebelumnya merupakan ex-date dari dividen PTRO.
Sebelumnya pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB) yang digelar perseroan pada Senin pekan lalu, PTRO akan membagikan dividen sebesar US$ 76 juta atau setara dengan Rp 1,11 triliun (asumsi kurs Rp14.700/US$) atau US$ 0,07664 (Rp 1.126,61) per lembar dari laba bersih tahun buku 2022.
Dengan harga saham PTRO pada penutupan perdagangan 15 Mei 2023 di posisi Rp 5.850/saham, dividen yield terbilang jumbo, yakni sekitar 19,25% atau hampir 20%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd)