
Sandi Uno & Boy Thohir Senasib, Dua Sahamnya Jadi 'Pecundang'

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten investasi milik Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) turun lebih dari 5% pada Kamis (25/5). Demikian pula, saham emiten batu bara Garibaldi 'Boy' Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ikut menduduki top losers hari ini.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham SRTG ditutup anjlok 5,88% ke posisi Rp 1.600/saham.
Nilai transaksi mencapai Rp30,95 miliar dan volume sebesar 19,03 juta saham. Investor melakukan aksi jual seiring SRTG memasuki masa ex date dividen hari ini.
Informasi saja, Saratoga membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya dari laba bersih tahun buku 2022 senilai Rp 1 triliun atau Rp 75 per saham.
Hal itu telah diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
"Dividen sebesar Rp 1 triliun atau Rp 75 per saham," investor relation Ryan Sual di gedung Cyber II Jakarta, Senin (15/5).
Menurutnya, dividen tersebut naik dari yang dibagikan tahun 2022 dari laba bersih tahun buku 2021 yang sebesar Rp 810 miliar atau Rp 60 per saham.
Selain itu, dalam RUPS juga menyetujui program pembelian kembali (buyback) saham yang dianggarkan senilai Rp 150 miliar atu 50 juta lembar saham.
Hal itu akan berlaku efektif setelah RUPST atau selambat-lambatnya 30 Juni 2024.
Sebelumnya, Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya menyampaikan pada tahun 2022 Saratoga mencapai net asset value (NAV) sebesar Rp 60,9 triliun. Angka tersebut naik 8% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 56,3 triliun.
Sepanjang tahun 2022 Saratoga membukukan perolehan dividen Rp 2,6 triliun atau naik 57% dibandingkan tahun 2021 menjadikan cash flow perusahaan juga semakin kokoh. Selain raihan dividen besar, tahun lalu Saratoga berhasil memangkas utang bersih hingga 80% menjadi Rp 688 miliar.
Sementara arus kas, sepanjang tahun lalu perusahaan menghasilkan arus kas masuk dari aktivitas operasi hingga mencapai Rp 3,7 triliun. Berbeda dengan tahun 2021 di mana arus kas keluar senilai Rp 362 miliar.
Setali tiga uang, saham ADRO turun tajam atau 5,78% ke posisi Rp 2.120/saham. Investor terus melego saham ini sejak ex date pada Selasa (23/5) lalu. Maklum, dividend yield ADRO terbilang tinggi.
Sebagai informasi, ex-date merupakan tanggal pertama investor sudah boleh menjual saham jika sudah mendapatkan hak atas dividen.
Sebelumnya, ADRO membagikan dividen tunai final kepada pemegang saham senilai US$ 500 juta atau setara Rp 7,44 triliun (kurs tengah BEI per 24 Mei 2023: Rp14.878 per dolar AS).
Artinya, setiap pemegang saham akan mendapatkan dividen per lembar saham sekitar Rp 240,78 per saham. Apabila menggunakan perhitungan harga pada saat cum date, Senin (22/5) di Rp2.460/saham, dividen yield ADRO mencapai sebesar 9,79%.
Perlu diketahui sebelumnya ADRO juga telah membagikan dividen interim pada Januari 2023 lalu dengan jumlah yang sama sehingga total dividen yang dibagikan dari laba bersih tahun buku 2022 sebesar US$ 1 miliar.
"Pada Januari 2023, kami telah membagikan dividen interim sebesar US$ 500 juta. Rapat ini memutuskan pembagian tunai final sebesar US$ 500 juta sehingga total dividen yang kami bagikan untuk tahun buku 2022 berjumlah US$ 1 miliar" Ujar Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir saat konferensi pers Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Adapun pembayaran dividen akan dilaksanakan pada 6 Juni 2023 mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(mkh/mkh)
Next Article Emiten Sandiaga Uno SRTG Cuma Mau Investasi Kalau Cuan Segini