Di sesi II, IHSG Potensi Hattrick Kenaikan
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,37% ke level 6.754,82 pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Selasa (23/5/23).
Sebanyak 269 saham menguat, sementara 260 saham melemah, dan 196 saham lainnya jalan ditempat alias tidak berubah.
Hingga istirahat siang, sekitar10,84miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 815 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 5,4 triliun.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor menguat. Sektor Keuangan menjadi sektor yang paling menguntungkan indeks naik 0,86%.
Beberapa saham turut membantu IHSG menguat pada hari ini, di mana mayoritas merupakan saham perbankan raksasa.
Tiga saham bank raksasa turut membantu IHSG menguat pada hari ini, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 15,24 indeks poin, kemudian saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 7,03 indeks poin, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 1,88 indeks poin.
Selain tiga saham bank raksasa, terdapat juga dua saham jumbo lain yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menopang indeks sebesar 3,62 indeks poin dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 2,87 indeks poin.
Pada hari ini, sentimen pasar di dalam negeri cenderung minim, tetapi untuk pekan ini, investor menanti hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 24-25 Mei 2023.
BI akan mengumumkan suku bunga acuan usai rapat tersebut. Hal ini dapat menjadi sentimen positif maupun negatif bagi sektor perbankan.
Ekonom memproyeksikan BI akan kembali menahan suku bunga di level 5,75% pada pengumuman RDG Kamis (25/5/2023) nanti.
BI telah mempertahankan suku bunga kebijakan sejak kenaikan suku bunga terakhirnya pada Januari lalu dan berulang kali mengatakan kenaikan suku bunga acuan, dengan total 225 basis poin (bp) sejak tahun lalu, cukup untuk menjaga inflasi kembali ke target pada paruh kedua 2023.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG berulang kali mencoba menembus resistance terdekat di 6.772-6.777, tetapi belum berhasil. IHSG akan berusaha kembali menguji resistance tersebut di sesi II sebelum menentukan arah selanjutnya.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI naik ke 65,81, usai sempat ke arah oversold (72) pada pukul 10.00 WIB.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di atas garis sinyal di teritorial positif.
Di sesi II, IHSG berpotensi ditutup di zona hijau dan akan mencoba menguji resistance terdekat 6.772. Apalagi resistance tersebut gagal ditembus, support terdekat akan berada di 6.750 dan 6.746.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mkh/mkh)