Awal Pekan IHSG Dibuka Melemah 0,09%

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Senin, 22/05/2023 09:12 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (22/5/23) dibuka melemah tipis 0,09% menjadi 6694,59. Pasar ekuitas tanah air diprediksi akan terpengaruh oleh sentimen pelemahan Wall Street serta Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan mempengaruhi pergerakannya pada hari ini.

Pada pukul 09.03, IHSG terus melandai hingga 0,17% ke level 6.689,12. Perdagangan menunjukkan terdapat 196 saham naik, 148 saham turun sementara 234 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 849 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 411 juta.


Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG adalah kinerja Bursa Saham AS, juga dikenal sebagai Wall Street, yang mengalami penurunan pada perdagangan Jumat (19/5) waktu setempat akibat negosiasi plafon utang AS yang berjalan alot.

Indeks Dow Jones turun sebesar 0,33%, S&P 500 melemah sebesar 0,14%, dan Nasdaq terkoreksi sebesar 0,24%. Penurunan ini memberikan dampak negatif terhadap sentimen investor global, termasuk di Indonesia.

Selain itu, perhatian investor juga tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan berlangsung pada 24-25 Mei 2023. Keputusan yang akan diambil oleh Bank Indonesia dalam rapat tersebut menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh para investor.

Sejauh ini, para ekonom memproyeksikan bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% pada pengumuman hasil RDG yang akan dilakukan pada Kamis, 25 Mei. Bank Indonesia telah menahan suku bunga kebijakan sejak kenaikan terakhir pada bulan Januari lalu. Kenaikan suku bunga tersebut telah dilakukan sebanyak 225 basis poin sejak tahun lalu, dengan tujuan untuk mengendalikan inflasi dan mempertahankan target inflasi pada paruh kedua tahun 2023.

Namun, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, mengungkapkan bahwa masih terlalu dini bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, meskipun inflasi sudah mulai melandai. Dalam wawancara dengan Reuters pada tanggal 15 Mei, Juda Agung menyatakan, "Masih terlalu dini untuk mengatakan kapan kami [Bank Indonesia] akan memangkas suku bunga. Ya, inflasi inti bahkan sudah lebih rendah dari 3%. Tapi tentu saja masih ada beberapa risiko."

Di sisi lain, pasar juga akan melihat ke Amerika Serikat (AS) untuk mencari petunjuk terkait kebijakan suku bunga. The Federal Reserve (The Fed) akan merilis risalah rapat FOMC bulan lalu, yang akan memberikan wawasan tentang kebijakan suku bunga dalam rapat mendatang. Selain itu, akan ada rilis data indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) inti AS per April oleh Biro Analisis Ekonomi (BEA) AS. Data PCE inti ini menjadi acuan inflasi favorit The Fed. Hasil rilis data ini juga akan mempengaruhi kemungkinan kenaikan suku bunga dalam rapat tengah Juni.

Selain faktor-faktor tersebut, masalah plafon utang juga masih akan menjadi sentimen pasar pekan depan. Jika pagu utang dilanggar atau dicabut, Wall Street berpotensi akan mengalami volatilitas yang

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcidonesia.com


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Israel Vs Iran "Memanas", Saham Sektor Ini Malah Menguat!