
Batu Bara Melemah Sepekan, Benarkah Party Sudah Selesai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara merosot selama sepekan terakhir. Bahkan, sempat menyentuh rekor terendah sejak Januari 2022.
Menurut data Refinitiv, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di US$159,35/ton pada Jumat (19/5/2023). Posisi tersebut lebih rendah 2,24% dibandingkan posisi pekan sebelumnya.
Sebelum rebound 3,47% secara harian pada Jumat, pada Kamis (18/5), harga batu bara sempat anjlok 6,50% ke US$154/saham. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 3 Januari 2022 (US$ 151/ton) atau lebih dari 16 bulan terakhir.
Dalam sebulan, harga batu bara sudah anjlok 18,91% dan secara year to date (YtD) turun tajam 59,10%.
Turunnya harga batu bara secara signifikan disebabkan oleh banyaknya sentimen negatif dari sejumah negara, mulai dari China, Jepang, Korea Selatan, hingga Jerman.
China memang melaporkan permintaan listrik mereka sudah naik pada tahun ini. Produksi listrik China pada Januari-April 2023 naik 4,9% (year on year/yoy) menjadi 128 miliar kilowatt-hours (kWh).
Pembangkit batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 83 miliar kWh.
Namun, produksi listrik China kurang menyenangkan bagi pasar batu bara. Produksi listrik China dari pembangkit batu bara naik 38% dalam sembilan tahun terakhir. Namun, kenaikannya kalah jauh dibandingkan produksi dari sumber energi lain.
Produksi listrik dari pembangkit tenaga air melonjak 580% dan energi matahari melonjak 400% dalam lima tahun.
Porsi pembangkit batu bara kepada total produksi listrik turun menjadi 71% pada Januari-April 2023 dari 79% pada periode sama 2014.
Share produksi listrik dari tenaga angin dan sinar matahari naik menjadi 14% dari 3%.
Di tengah makin berkurangnya produksi listrik batu bara, Tiongkok terus melaporkan kenaikan output pasir hitam. Produksi batu bara China naik 6% menjadi 80 juta ton pada Januari-April 2023.
Bila produksi listrik dari pembangkit batu bara terus berkurang sementara produksi batu bara melonjak maka permintaan batu bara ke pasar global akan terus menurun sehingga harganya turun.
Penurunan produksi listrik pembangkit batu bara juga dilaporkan Jerman. Produksi listrik dari pembangkit batu bara di Jerman anjlok 19% (month to month/mtm) ke 375 giga watt hours (gWh)Permintaan diperkirakan akan terus melandai karena ini musim semi seperti saat inia dalah periode di mana permintaan listrik akan rendah.
Penurunan produksi listrik batu bara salah satunya karena murahnya harga gas. Harga gas alam Eropa sudah jatuh hampir 15% dalam sepekan terakhir.
Dengan makin banyaknya produksi ke gas maka pasokan batu bara pun menumpuk. Pasokan batu bara di Pelabuhan ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) ada di angka 6 juta ton pada pekan lalu, meningkat 39% dari periode yang sama tahun lalu.
Jepang dan Korea Selatan pun sudah mulai mengurangi impor batu bara. Impor batu bara Korea Selatan ambruk 21,8% (mtm) pada April menjadi 8,39 juta ton
Impor batu bara jenis thermal anjlok 19,9% (mtm) dan jeblok 22 % (yoy) menjadi 6,2 juta ton pada April. Impor batu bara metalurgi turun 26,4% (mtm) menjadi 2,23 juta ton pada April tahun ini.
Impor dari Jepang juga ambles. Secara keseluruhan, impor batu bara Jepang turun 1,6% (yoy) menjadi 13,23 juta ton. Impor batu bara jenis thermal anjlok 10,8% (yoy) menjadi 7,28 juta ton.
Sama seperti China, India juga melaporkan peningkatan produksi sebesar 8,8% (yoy) pada April 2023 menjadi 73,14 juta ton. India adalah konsumen batu bara terbesar di dunia setelah China.
Bila produksi kedua negara terus meningkat sementara permintaan impor terus turun dari sejumlah negara maka harga pasir hitam akan terus tertekan ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina