Gak Mau Kompak, Mata Uang China dan Jepang Beda Arah Hari Ini

mae, CNBC Indonesia
18 May 2023 13:28
FILE PHOTO: U.S. Dollar and China Yuan notes are seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang utama Asia bergerak beragam pada hari ini. Mata uang Jepang mengangkasa sementara mata uang China jeblok.

Merujuk pada data Refinitiv pukul 13:05 WIB,  mata uang Jepang yen menguat 0,13% ke posisi JPY 137,49/USD. Mata uang renminbi China melemah 0,25% ke posisi MYR 7,015/SGD.

Mata uang yang melemah lainnya adalah won Korea yakni terkoreksi 0,02% ke KRW 1.334,55/USD dan ringgit Malaysia yang melemah 0,11% menjadi MYR 4,525.

Pasar mata uang Indonesia rupiah hari ini libur memperingati Kenaikan Isa Almasih.

Pergerakan mata uang Asia masih dibayangi oleh krisis plafon utang pemerintah Amerika Serikat (AS).

Presiden AS Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy pada Rabu (17/5/2023) menggarisbawahi tekad mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar $31,4 triliun dan menghindari gagal bayar utang (default) bencana ekonomi.

Pergerakan mata uang Asia juga banyak didominasi faktor dalam negeri. Mata uang Jepang menguat cukup tajam setelah dana asing membanjiri pasar keuangan Negeri Sakura.

Tokyo Stock Price Index (TOPIX) menembus 2.127,18 kemarin yang merupakan level tertinggi sejak 1990.

Indeks melompat ditopang oleh besarnya dana asing. Setidaknya ada net buy sebesar US$ 22 miliar yang tercatat di indeks dengan pembelian terbesar ada pada saham teknologi.

Sebaliknya, mata uang renminbi China terus melemah setelah perkembangan ekonomi di Negeri Tirai Bambu melandai.

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional menunjukkan pertumbuhan output industri sebesar 5,6% (year on year/yoy) pada April, meningkat dari 3,9% pada bulan Maret.

Namun, angka tersebut jauh di bawah ekspektasi analis yakni pertumbuhan 10,9% yang terekam dalam jajak pendapat Reuters. Meski begitu, ini merupakan laju pertumbuhan tercepat sejak September 2022.

Sementara itu, penjualan ritel melonjak 18,4% (yoy). Penjualan sebenarnya naik tajam dari 10,6% pada Maret 2023.

Namun, para analis sebenarnya mengharapkan pertumbuhan sebesar 21% untuk ritel.


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Makin Perkasa, Rupiah Pekan Ini Tersungkur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular