Market Commentary

Naik Tipis-Tipis, 6 Saham Ini Bikin IHSG Susah Naik

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 May 2023 12:48
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik tipis pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (17/5/2023), setelah sepanjang perdagangan sesi I pergerakannya cenderung volatil.

Hingga pukul 12:00, IHSG naik tipis 0,01% ke posisi 6.677,14. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.600, meski sempat menyentuh sejenak level psikologis 6.700 pada awal perdagangan sesi I hari ini.t

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni mencapai 1,2%. Kemudian disusul sektor energi sebesar 1,13%.

Beberapa saham menjadi penahan laju penguatan IHSG pada hari ini, sehingga IHSG menguat cenderung terbatas. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Adaro Energy IndonesiaADRO-2,992.580-3,37%
Kalbe FarmaKLBF-2,962.140-2,73%
GoTo Gojek TokopediaGOTO-1,93117-0,85%
Bayan ResourcesBYAN-1,4419.075-0,39%
Indo Tambangraya MegahITMG-1,1826.325-4,27%
Bukit AsamPTBA-0,993.270-2,97%

Sumber: Refinitiv

Saham emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni sebesar 3 indeks poin.

Selain saham ADRO, terdapat pula tiga saham raksasa batu bara yang juga membebani indeks pada sesi I hari ini, yakni saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN), saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

IHSG cenderung volatil pada perdagangan sesi I hari ini. Saham batu bara masih menjadi salah satu pemberat indeks.

Sentimen dari turunnya nilai ekspor Indonesia sepertinya menjadi pemberat indeks dan saham-saham batu bara pada sesi I hari ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia April 2023 tercatat US$ 19,29 miliar, turun 17,62% dibandingkan Maret lalu dan anjlok 29,4% dibanding April 2022.

Penurunan nilai ekspor anjlok akibat dari merosotnya harga komoditas serta pelemahan permintaan sejumlah komoditas, efek dari perlambatan ekonomi global.

Nilai impor Indonesia April 2023 juga mengalami penurunan ke posisi US$ 15,35 miliar. Nilai impor turun 25,45% secara bulanan, dan menyusut 22,32% dibandingkan April 2022.

Emiten-emiten yang berada di sektor yang berkaitan dengan ekspor dan terutama komoditas kemungkinan akan mengalami tekanan dalam beberapa hari ke depan.

Selain itu, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang masih akan bersikap hawkish juga membebani pasar pada hari ini.

Presiden The Fed wilayah Richmond pun menyatakan ia masih "nyaman" jika suku bunga kembali dinaikkan untuk menurunkan inflasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular