Sempat Lama di Zona Merah, IHSG Berakhir Menguat Tipis

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Senin, 15/05/2023 16:32 WIB
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi II perdagangan Senin (15/5/23) menguat tipis 0,06% menjadi 6.711,74 secara harian.

Sebanyak 294 saham melemah, 241 saham naik, sementara 209 saham lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkannilaitransaksimencapai sekitarRp. 10,4 triliundengan melibatkan19miliar sahamyang berpindah tangan sebanyak 1,25 juta kali.


Hari ini IHSG bergerak labil dimana di awal perdagangan dibuka di zona hijau yang kemudian berbalik arah di sesi satu hingga ditutup menguat tipis. Dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 1,19%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 2,03%.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv sebagian besar sektor menguat dan hanya empat sektor melemah. Sektor Utilitas menjadi yang paling menguntungkan indeks menguat du persen lebih sementara sektor Energi masih memimpin pelemahan sejak penutupan sesi I hingga kini melemah hampir 2%.

Adapun limatop moversIHSG berdasarkan bobot indeks poinnya pada penutupan sesi II hari ini adalah sebagai berikut:

  1. PT Astra International (5,80)
  2. PT Charoen Pokphand Indonesia (4,77)
  3. PT Bank Mandiri (4,69)
  4. PT GOTO Gojek Tokopedia (1,91)
  5. PT Chandra Asri Petrochemical (1,64)

Sentimen global yang belum membaik sempat membebani IHSG hingga menjelang penutupan perdagangan terutama dari sentimen terkait plafon utang Amerika Serikat (AS), meski hal ini tidak berdampak langsung ke pasar keuangan Indonesia.

Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy serta pimpinan tinggi Kongres lainnya untuk membahas penyelesaian utang pada Selasa besok.

Seperti diketahui, pemerintahan Biden tengah dipusingkan dengan jalan buntu penyelesaian utang selama berbulan-bulan.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen kembali mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal senilai US$ 31,4 triliun guna mencegah default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut akan memicu 'malapetaka' ekonomi global.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor