AS Terancam Gagal Bayar Utang, Orang Berlindung di Aset Ini

Riset, CNBC Indonesia
15 May 2023 14:55
Utang AS Rp 460.000 T, Terbanyak dari Negara Mana?
Foto: Infografis/ Utang AS Rp 460.000 T, Terbanyak dari Negara Mana?/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko gagal bayar (default) utang Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini membuat investor global khawatir. Saat ini, untuk melindungi kekayaannya investor masih mengandalkan aset lindung nilai tradisional, yakni emas.

Mengutip survei Markets Live (MLIV) Pulse oleh Bloomberg, Senin (15/5/2023), logam mulia tersebut masih menjadi pilihan utama orang-orang untuk memproteksi pundi-pundi hartanya apabila permasalahan plafon utang AS berakhir buruk alias crash.

Berdasarkan survei tersebut, lebih dari separuh profesional di bidang keuangan menyebut emas adalah aset yang mereka beli apabila pemerintah AS gagal memenuhi kewajiban membayar utangnya.

Aset kedua yang menjadi pilihan orang, berdasarkan survei global terhadap 637 responden tersebut, adalah obligasi pemerintah AS alias US Treasury. Tentu ini menjadi semacam ironi lantaran Treasury adalah yang saat ini membuat AS berpotensi gagal bayar.

Kendati memang, sejumlah orang, bahkan para analisis yang pesimistis, masih percaya pemegang Treasury akan tetap dibayar, walaupun telat. Dan bahwa dalam kasus krisis utang paling serius di tahun-tahun sebelumnya, obligasi pemerintah Negeri Paman Sam tersebut menguat meskipun peringkat kredit utamanyanya dihapus oleh Standard & Poor's.

Menurut surveri tersebut, orang juga menyukai mata uang safe gaven tradisional seperti yen Jepang dan franc Swiss, tetapi keduanya kurang populer dibandingkan dolar AS atau, malah aset kripto raksasa, Bitcoin, yang dianggap oleh beberapa investor sebagai emas digital.

Problem batas utang AS ini menjadi sorotan tokoh besar politik dan keuangan.

"Seluruh dunia dalam masalah," kata Presiden Joe Biden, dikutip BloombergNews.

"Berpotensi katastrofis," kata bos JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon.

"Dampak yang sangat serius," kata International Monetary Fund (IMF).

Apabila melihat sejarah, default-nya negara terbesar di dunia tersebut seharusnya tidak mungkin terjadi. Namun, saat ini hal tersebut sangat mungkin terjadi.

Sekitar 60% responden MLIV Pulse mengatakan risiko kali ini lebih besar dari pada tahun 2011, krisis batas utang terburuk pada masa lalu.

Meskipun peluang default aktual relatif kecil, biaya asuransi untuk melindungi diri dari ketidakmampuan membayar dalam waktu satu tahun telah melonjak jauh melampaui tingkat yang pernah terjadi pada episode sebelumnya.

"Risikonya lebih tinggi daripada sebelumnya, mengingat polarisasi elektorat dan Kongres," kata Jason Bloom, kepala fixed income, alternatif, dan strategi ETF di Invesco.

"Kedua belah pihak sangat keras kepala, artinya ada risiko mereka tidak bersatu kembali tepat waktu," imbuh Bloom.

Meskipun melindungi kekayaan dengan membeli emas terdengar baik, tetapi logam tersebut memiliki harga yang cukup mahal karena harganya telah mengalami kenaikan yang signifikan sepanjang tahun ini.

Didorong pertama oleh permintaan dari pembeli mewah China, kemudian oleh krisis di sektor perbankan dan ancaman default AS, harga emas saat ini hampir mencapai level tertingginya sebesar $2.075,47 per troy ons.

Mayoritas investor dalam survei MLIV menganggap bahwa obligasi AS tenor 10 tahun akan menguat jika debat soal batas utang terjadi hingga batas waktu tetapi AS tidak mengalami default.

Namun, para profesional berbeda pendapat tentang apa yang mungkin terjadi jika pemerintah AS benar-benar gagal memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.

Sekitar 60% investor ritel mengharapkan utang Treasury AS tenor 10 tahun akan melemah dalam kasus default. Yield US Treasury tersebut berakhir pekan lalu du angka 3,46%, sekitar 63 basis poin (bp) di bawah level tertinggi tahun ini.

Sementara itu, kebuntuan pagu utang AS telah meningkatkan imbal hasil beberapa efek (sekuritas) yang berumur sangat pendek yang dianggap paling berisiko mengalami penundaan pembayaran, yang memicu distorsi pada kurva obligasi.

"Jika kita melihat periode gagal bayar yang singkat, reaksi pasar akan menekan Kongres untuk menaikkan plafon utang," kata Priya Misra, kepala strategi suku bunga di TD Securities.

Beberapa investor percaya bahwa drama plafon utang telah menyebabkan efek negatif ke dolar, dan 41% respond mengatakan posisi dolar sebagai mata uang cadangan global utama berisiko jika AS gagal bayar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Gagal Bayar Utang Rp480.000 T, RI Patut Was-was Gak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular