Analisis Teknikal

IHSG Tidak Ada Tenaga, Terancam Ditutup Merah

Putra, CNBC Indonesia
15 May 2023 13:13
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada penutupan perdagangan sesi I Senin (15/5/2023), usai sebelumnya sempat menguat pada awal perdagangan sesi I tadi pagi

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 0,66% ke level 6.663,63 pada penutupan sesi I hari ini. IHSG turun ke level psikologis 6.600, setelah beberapa hari sebelumnya sempat bertahan di level psikologis 6.700.

Sebelumnya pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG sempat menguat 0,13% ke level 6.716,49. Namun sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG berbalik arah ke zona merah hingga akhir sesi I.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai sekitaran Rp 5 triliun dengan melibatkan 11 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 792 ribu kali. Sebanyak 195 saham menguat, 313 saham melemah dan 219 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor energi kembali membebani IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,61%, kemudian disusul sektor properti sebesar 1,53% dan sektor bahan baku sebesar 1,12%.

Adapun dari sahamnya, saham raksasa batu bara milik Low Tuck Kwong yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni sebesar 14,3 indeks poin.

Saham BYAN ditutup ambles 3,86% ke posisi Rp 18.675/unit pada penutupan perdagangan sesi I hari ini. Selain saham BYAN, ada dua saham bank raksasa juga membebani IHSG pada hari ini, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 6,1 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,5 indeks poin.

Sektor energi, terutama batu bara masih menjadi pemberat indeks pada hari ini, karena beberapa sentimen masih membebani saham-saham batu bara. Adapun sentimen tersebut yakni masih lesunya harga batu bara acuan dunia dan dividen trap saham batu bara.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, yakni Jumat lalu, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle memang ditutup menguat 1,81% di posisi US$ 163 per ton.

Namun, dalam sepekan, harga batu bara tetap jatuh 3,26%. Artinya, batu bara sudah melandai selama tiga pekan terakhir dengan pelemahan mencapai lebih dari 14%.

China dan Eropa masih menjadi pemberat laju pergerakan harga batu bara dunia hingga akhir pekan lalu.

Selain itu, banyaknya investor yang terkena dividen trap di saham-saham batu bara juga menjadi alasan saham batu bara di Indonesia juga masih cenderung lesu.

Dividen trap atau jebakan dividen kerap terjadi ketika investor tergiur dividen yang lumayan sebelum cum date (tanggal terakhir investor berhak mendapatkan dividen), tetapi harga suatu saham turun signifikan, bahkan bisa sebesar dividend yield, ketika ex date.

Di era musim dividen hal tersebut acap kali terjadi dan seringkali menjebak investor yang terkena FOMO (fear of missing out) jelang waktu cum date penetapan dividen. Apalagi, dividen trap ini juga cenderung besar karena saham-saham batu bara mendapat 'durian runtuh' pada tahun lalu, ditopang oleh melesatnya harga batu bara karena adanya embargo Barat terhadap Rusia.

Di lain sisi, sentimen global yang belum membaik juga masih membebani IHSG, terutama dari sentimen terkait plafon utang Amerika Serikat (AS), meski hal ini tidak berdampak langsung ke pasar keuangan Indonesia.

Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy serta pimpinan tinggi Kongres lainnya untuk membahas penyelesaian utang pada Selasa besok.

Seperti diketahui, pemerintahan Biden tengah dipusingkan dengan jalan buntu penyelesaian utang selama berbulan-bulan.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen kembali mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal senilai US$ 31,4 triliun guna mencegah default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut akan memicu 'malapetaka' ekonomi global.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada sesi I, IHSG membentuk 3 candle merah dan, seperti disebut pada analisis teknikal pagi tadi, keluar dari support 6.690, kendati sempat menguji sekali area tersebut pada kisaran 11.00 WIB.

IHSG juga menjebol level support selanjutnya, yakni di angka 6.672.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke level jenuh jual 23,89. Terakhir kali area tersebut tertembus pada 16 Maret 2023.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal. Bar histogram juga masih di bawah teritorial negatif.

Pada sesi II, IHSG berpotensi ditutup melemah dan menguji support terdekat di 6.628 sebelum menetukan arah selanjutnya. Resistance terdekat berada di 6.672 dan 6.690.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular