
IHSG Balik Loyo, 6 Saham Ini Jadi Pemberatnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona koreksi pada perdagangan sesi I Senin (15/5/2023), setelah sebelumnya sempat menghijau di awal perdagangan sesi I hari ini.
Per pukul 10:54 WIB, IHSG melemah 0,26% ke posisi 6.690,57. IHSG break ke level psikologis 6.600, setelah beberapa hari sebelumnya sempat bertahan di level psikologis 6.700.
Secara sektoral, sektor energi menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni mencapai 1,56%. Kemudian disusul sektor properti sebesar 1,22%.
Beberapa saham menjadi pemberat IHSG pada hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | -7,67 | 19.000 | -2,19% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -6,08 | 5.100 | -0,97% |
Telkom Indonesia | TLKM | -6,04 | 3.950 | -0,75% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | -2,65 | 2.680 | -2,90% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | -1,40 | 8.950 | -0,56% |
Astra International | ASII | -1,15 | 6.200 | -0,40% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham emiten raksasa batu bara milik Low Tuck Kwong yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni sebesar 7,7 indeks poin.
Tak hanya itu, dua saham bank raksasa juga membebani IHSG pada hari ini, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 6,1 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 1,4 indeks poin.
Terakhir ada saham emiten 'raja otomotif' yakni PT Astra International Tbk (ASII) yang memberatkan indeks sebesar 1,1 indeks poin.
Sektor energi, terutama batu bara masih menjadi pemberat indeks pada hari ini, karena beberapa sentimen masih membebani saham-saham batu bara. Adapun sentimen tersebut yakni masih lesunya harga batu bara acuan dunia dan dividen trap saham batu bara.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, yakni Jumat lalu, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle memang ditutup menguat 1,81% di posisi US$ 163 per ton.
Namun, dalam sepekan, harga batu bara tetap jatuh 3,26%. Artinya, batu bara sudah melandai selama tiga pekan terakhir dengan pelemahan mencapai lebih dari 14%.
China dan Eropa masih menjadi pemberat laju pergerakan harga batu bara dunia hingga akhir pekan lalu.
Selain itu, banyaknya investor yang terkena dividen trap di saham-saham batu bara juga menjadi alasan saham batu bara di Indonesia juga masih cenderung lesu.
Dividen trap atau jebakan dividen kerap terjadi ketika investor tergiur dividen yang lumayan sebelum cum date (tanggal terakhir investor berhak mendapatkan dividen), tetapi harga suatu saham turun signifikan, bahkan bisa sebesar dividend yield, ketika ex date.
Di era musim dividen hal tersebut acap kali terjadi dan seringkali menjebak investor yang terkena FOMO (fear of missing out) jelang waktu cum date penetapan dividen. Apalagi, dividen trap ini juga cenderung besar karena saham-saham batu bara mendapat 'durian runtuh' pada tahun lalu, ditopang oleh melesatnya harga batu bara karena adanya embargo Barat terhadap Rusia.
Di lain sisi, sentimen global yang belum membaik juga masih membebani IHSG, terutama dari sentimen terkait plafon utang Amerika Serikat (AS), meski hal ini tidak berdampak langsung ke pasar keuangan Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban
