Harga Emas Turun Tipis, Bisa Rekor Lagi Pekan Depan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2023 21:00
A gold bar is pictured in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia turun tipis sepanjang pekan ini, setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072/troy ons pada 4 Mei lalu. Penurunan harga emas terjadi meski ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) pada bulan depan meredup.

Melansir data Refinitiv, emas sepanjang pekan ini melemah 0,22% ke US$ 2.011/troy ons.

Sejak menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072/troy ons pada 4 Mei lalu, emas dunia jeblok sehari setelahnya, dan belum lagi mencatat kinerja impresif.

Harga emas yang sudah tinggi tentunya memicu aksi profit taking, apalagi bank sentral AS (The Fed) diprediksi akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang cukup lama. Sebabnya, pasar tenaga kerja AS yang kuat membuat inflasi sulit turun.

Karyawati menunjukkan emas Pegadaian di salah satu galeri 24 Pegadaian, Salemba Jakarta, Kamis (4/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Karyawati menunjukkan emas Pegadaian di salah satu galeri 24 Pegadaian, Salemba Jakarta, Kamis (4/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Karyawati menunjukkan emas Pegadaian di salah satu galeri 24 Pegadaian, Salemba Jakarta, Kamis (4/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jumat malam lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang April perekonomian Amerika Serikat mampu menyerap 253.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi Wall Street sebanyak 180.000 orang.

Tingkat pengangguran turun menjadi 3,4% dari bulan sebelumnya 3,5%. Padahal, Wall Street memproyeksikan naik menjadi 3,6%. Tingkat pengangguran 3,4% ini menyamai rekor terendah sejak 1969.

Kemudian rata-rata upah per jam naik 0,5% month-to-month, lebih tinggi dari ekspektasi 0,3% sekaligus tertinggi dalam satu tahun terakhir. Secara year-on-year, rata-rata upah tersebut naik 4,4% juga lebih tinggi dari ekspektasi 4,2%.

Pasar tenaga kerja yang kuat membuat daya beli masyarakat masih akan tinggi, alhasil inflasi akan sulit turun. The Fed bisa menahan suku bunga tinggi lebih lama, dan memicu koreksi harga emas dunia.

Survei mingguan yang dilakukan Kitco menunjukkan para analis melihat emas belum akan menguat lagi pekan depan. Dari 19 analis di Wall Street, sebanyak 8 analis memprediksi emas akan naik (bullish), 8 analis memprediksi turun (bearish) dan sisanya netral. Artinya tidak ada suara mayoritas, sehingga kemungkinan emas bergerak sideways pada pekan depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sinyal Krisis Semakin Kuat, Emas Menuju Rp 2 Juta per Gram!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular