Pangkas Koreksi, Kans Rebound IHSG Masih Terbuka
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan memangkas penurunan pada penutupan sesi I, Senin (8/5/2023). IHSG kembali menatap level psikologis 6.800.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup minus tipis 0,02% ke posisi 6.786,34. Padahal, pagi tadi, IHSG sempat turun ke 6.757,81.
Nilai transaksi mencapai Rp5,65 triliun dan volume perdagangan 14,54 miliar saham.
Sebanyak 278 saham naik, 237 saham turun, dan 197 saham stagnan.
Sentimen soal rilis cadangan devisa (cadev) turut memengaruhi pasar saham domestik.
Pada Senin pagi tadi, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2023 tetap tinggi sebesar US$ 144,2 miliar. Posisi ini sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2023 sebesar US$ 145,2 miliar.
"Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2023 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan antisipasi dalam rangka Hari Besar Keagamaan Nasional," Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (8/5/2023).
Menurutnya, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Dari luar negeri, semalam bursa global sudah mulai menguat dipengaruhi kenaikan harga saham sektor perbankan pasca the Fed memberikan indikasi menahan suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang akibat tekanan resesi dan krisis perbankan yang masih bisa berlanjut.
Walaupun, di sisi lain kondisi pasar tenaga kerja masih kuat dan inflasi masih bertahan tinggi. Sentimen teranyar, pelaku pasar menunggu kebijakan pemerintah AS dalam menghadapi masalah plafon utang yang membuat risiko kehabisan likuiditas dan gagal bayar (default) meningkat.
Sementara itu dari dalam negeri, data GDP Kuartal I-2023 yang tumbuh menjadi 5,03% dibandingkan periode sebelumnya di 5,01% dan di atas proyeksi market di 4,95% bisa menjadi katalis positif karena menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG memantul dari level support terdekat 6.742 dan kembali mendekati resistance berupa MA 20 (dalam chart 1 jam) di level 6.793.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 44,17.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD terlihat memotong garis sinyal dari bawah atau membentuk golden cross (bullish reversal).
IHSG masih menjaga peluang technical rebound di sesi II dengan resistance terdekat MA 20 (6.793) dan level psikologis 6.800. Sementara, support terdekat di level 6.770 dan 6.742.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)