Kena Sell in May and Go Away, IHSG Masih Lanjut Merah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,74% menjadi 6.812,72 pada penutupan sesi II perdagangan Rabu (3/5/23).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 337 saham melemah, 206 saham menguat, sementara 190 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp10,5 triliun dengan melibatkan 15,3 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor melemah dengan sektor Energi memimpin pelemahan sebesar dua persen lebih.
Kemarin, sesaat setelah dibuka, IHSG konsisten diperdagangkan di wilayah negatif. Dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 0,13%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 0,55%.
Sentimen global kembali memburuk setelah pelaku pasar di Amerika Serikat (AS) khawatir dengan beberapa masalah yang menghantui negaranya. Adapun masalah tersebut yakni krisis perbankan, plafon utang, dan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Krisis perbankan kembali muncul setelah JPMorgan Chase resmi memenangi lelang atas akuisisi First Republic Bank, yang sebelumnya sempat heboh karena menjadi salah satu bank yang terdampak krisis Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS).
JPMorgan mendapatkan sekitar US$ 92 miliar dalam bentuk deposito pada kesepakatan tersebut, termasuk sebesar US$ 30 miliar yang telah didepositokan JPMorgan dan bank-bank besar lainnya ke dalam First Republic bulan lalu. Bank ini juga mengambil pinjaman US$ 173 miliar dan sekuritas US$ 30 miliar.
Namun, investor di AS justru melepas saham perbankan hingga membuatnya terkoreksi parah dan membebani Wall Street pada Senin.
Selain itu, AS juga tengah mendapat gonjang-ganjing terkait utang nasional. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang.
Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional.
Ada syarat yakni pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.
"Perkiraan terbaik kami adalah bahwa kami tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni," katanya dikutip AFP, Selasa (2/5/2023).
Hari ini, investor akan merespons pergerakan Wall Street seiring keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Rabu (3/5) waktu AS atau Kamis (4/5) dini hari waktu Indonesia.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Rabu, IHSG menembus support berupa MA 20 (6.826) yang merupakan support kuat terdekat.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun ke 49,36.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di atas garis sinyal dengan kecenderungan bersiap death cross (pembalikan).
IHSG hari ini berpotensi menguji support terdekat berupa level psikologis 6.800 dan area Fibonacci 39,2% di angka 6.759. Apabila berhasil memantul ke atas, IHSG berpotensi menguji resistance terdekat 6.826 (Fibonacci 50% dan MA 20).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)